"Rumah sih punya, cuma dari bambu milik orang tua.” "Tunggu saya pulang dari Eropa kita bikin perhitungan.” Sehabis majikannya pulang dari Eropa, Hasan menanti harap namun janji itu belum kunjung tiba. Sampai temannya, Tabrani, menyuruh Hasan untuk menagih saja dan tak perlu takut.Hasan bukannya takut, tetapi tak ingin dicap macam-macam dan kalau sudah milik tak bakal kemana pikir Hasan. "Lu udah ajuin belum, jangan lama-lama buruan!” ujar H. Achmad Bakrie.Dan tak berapa lama tukang datang ke rumahnya untuk menaksir bangunan seluas 17 X 6 meter tanah milik orang tua setengah batu senilai Rp. 17.000.- Setelah itu Hasan memberitahu biaya yang diperlukan. "Saya mana ada duit segitu,” ucap H. Achmad Bakrie.Beberapa waktu berselang Hasan dipanggil lagi dan diberi kasir yang juga bernama Hasan (Haji Hasan) sebesar RP. 15.000. "Sudah dikasih, dasar harga naik hebat, tidak menentu. Tukang tadinya diborongin Rp. 4.000.- minta Rp. 6.000,” kenang Hasan.Akhirnya rumah tak jadi dibangun, hanya dinding bambu diganti dengan kayu peti bekas mengingat harga-harga membubung tinggi.Waktu-waktu senggang, Hasan mengingat, H. Achmad Bakrie bercanda padanya. "San. lu udah punya mobil belum?”
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, Sosok H. Achmad Bakrie di Mata Hasan Gudang
Minggu, 8 Maret 2020 - 09:00 WIB
Baca Juga :