Suaranya seimbang dengan Prabowo Subianto. Saat itu, suara Anies mengalami kemajuan dari 23,5 persen pada Mei 2021 menjadi 28,1 persen di Desember 2022.
Harapan bahwa Anies akan semakin kompetitif terlihat sebelum memasuki 2023. Tapi memasuki 2023 sampai survei terakhir di awal Mei 2023, Anies mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 28,1 persen pada Desember 2022 menjadi 19,7 persen di awal Mei 2023. Penurunan pada Anies sekitar 8,4 persen.
Sejalan dengan elektabilitas yang menurun, tingkat kesukaan atau likeability publik pada Anies juga mengalami penurunan memasuki 2023. Pada Desember 2022, likeability Anies mencapai 78 persen menjadi 70 persen pada survei 30 April-7 Mei 2023.
Pertanyaannya adalah mengapa keterpilihan dan kedisukaan Anies merosot? Ada dua aspek yang diteliti dalam studi ini. Pertama, aspek ideologi.
Aspek ini dinilai berlaku untuk jangka panjang. Dalam konteks Indonesia, ideologi yang dimaksud adalah kecenderungan pada politik Islam dan politik kebangsaan atau yang menekankan pada Pancasila.
Saiful menekankan bahwa tentu antara Islam dan Pancasila bisa berjalan beriringan. Namun Islam dan Pancasila bisa dilihat sebagai sebuah spektrum ideologi publik.
Dalam studi ini, digunakan skala 0 sampai 10, di mana 0 sempurna mendekati politik kebangsaan atau Pancasila dan 10 sempurna mendekati politik Islam.
Yang pertama adalah penilaian diri sendiri, posisi warga dalam konteks Islam dan Pancasila. Kedua, publik diminta menilai posisi ideologis tiga tokoh bakal calon presiden: Anies, Ganjar, dan Prabowo.
Pendekatan kedua adalah tentang persepsi atas ekonomi. Pendekatan ini lebih jangka pendek karena bisa berubah dalam jangka waktu yang lebih pendek tergantung perubahan kondisi ekonomi.
Apakah persepsi positif pada ekonomi memiliki efek positif pada calon tertentu atau sebaliknya punya efek negatif?