Antv – Memasuki 2023, dalam pelbagai survei opini publik dari banyak lembaga memperlihatkan penurunan elektabilitas Anies Baswedan.
Penurunan suara ini disebabkan oleh posisi ideologis Anies yang berbeda dengan umumnya publik Indonesia.
Pelemahan suara Anies juga disebabkan oleh persepsi publik yang semakin baik pada kondisi ekonomi dan tingkat kepuasan pada kinerja Presiden Jokowi yang mengalami peningkatan.
Demikian temuan studi yang dilakukan ilmuan politik Prof. Saiful Mujani yang dipresentasikan pada program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Mengapa Elektabilitas Anies Menurun?” melalui SMRC TV pada Kamis (8/6/2023).
Saiful menjelaskan bahwa Anies adalah fenomena politik baru. Dia mampu memasuki arena politik paling atas untuk menjadi presiden padahal bukan elit partai, bahkan bukan anggota partai.
Walaupun dia bukan anggota partai, tapi dia bisa menarik partai politik untuk mencalonkannya. Artinya Anies memiliki nilai politik yang sangat besar, setidaknya pada partai-partai politik yang mendukungnya. Di mata publik juga demikian.
Saiful mengaku pernah memiliki pandangan sekitar dua atau tiga tahun lalu bahwa Anies akan kompetitif dengan calon-calon seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Prabowo sudah tiga kali maju dalam pemilihan presiden-wakil presiden. Ganjar sudah meniti karir yang lama di partai politik, pernah menjadi anggota parlemen dan sekarang sebagai gubernur.
Karena itu, adalah normal jika keduanya sekarang bersaing dalam pemilihan presiden. Sementara Anies menarik karena dia memiliki perjalanan politik yang berbeda. Saiful melihat kemungkinan ada banyak orang yang memberi harapan pada Anies.
Apalagi seperti dalam tagline politiknya, dia ingin melakukan perubahan atau perbaikan politik Indonesia. Karena itu masuk akal jika ada yang memberi harapan pada Anies.
Namun mengapa dukungan publik pada Anies tidak berkembang bahkan cenderung melemah? Saiful menunjukkan bahwa pada Desember 2022, suara dukungan pada Anies sempat 28,1 persen.