Catatan Ilham Bintang: Secangkir Kopi Susu Terakhir Remy Sylado

Catatan Ilham Bintang: Secangkir Kopi Susu Terakhir Remy Sylado
Catatan Ilham Bintang: Secangkir Kopi Susu Terakhir Remy Sylado (Foto : Istimewa)

Remy datang ke kantor PWI Pusat menjemput kartu anggotanya sambil bersantap siang dengan masakan gulai kepala ikan kesukaannya. Argumentasi serupa itu saya sampaikan juga kepada almarhum Prof Azyumardi Azra sewaktu beliau mengingatkan pernah menjadi anggota PWI saat menjadi wartawan Majalah Panji Masyarakat yang dipimpin Buya Hamka. Kartu PWI baru kedua tokoh itu diproses dengan cepat oleh pengurus PWI Pusat, sehingga dapat dicatat Remy dan Prof Azyumardi Azra adalah anggota PWI hingga akhir hayat.

Berkarya Sejak Remaja

Remy mengawali debut menulis kritik, puisi, cerpen, novel, drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi sejak usia remaja (18 tahun). Remy terkenal karena keliaran imajinasinya dalam karya dan sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya.

Remy salah satu pelopor penulisan Puisi mBeling bersama pelukis Jeihan dan Abdul Hadi WM. Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak tentang film. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.

Dalam karya fiksinya, ia gemar mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Ini yang membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Ia rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua dan menelusuri pasar buku tua. Sebagai pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya di luar budayanya. Di luar kegiatan penulisan kreatif, ia kerap diundang berceramah teologi.

Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan Jakarta, seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, dan Sekolah Tinggi Teologi.

Tena Ruwangna