Pintu pesawat sudah tampak mata. Tinggal beberapa langkah lagi masuk, ketika beberapa petugas menyetop dan menyilahkan kami menghadap mereka. Rupanya inilah sumber yang menyebabkan antrian masuk pesawat stuck. Di depan, kiri kanan, tampak petugas sibuk menggeledah koper kabin bawaan para penumpang.
Apa yang terjadi?
" Pemeriksaan ulang, pak," sahut petugas ketika kami tiba di depannya. "Kami mau periksa koper kabin bapak dan ibu," tambahnya. Pertanyaan saya tidak terjawab. Sungguh ini pengalaman pertama. Belasan kali ke Melbourne Australia dalam sepuluh tahun tahun terakhir belum pernah mengalami kejadian seperti ini.
Saya menoleh ke antrian di jalur kanan. Lebih seru. Antrian semakin tambah mengular panjang karena dicegat petugas. Saya membatin, akan memakan waktu berapa lama pemeriksaan ini dengan jumlah penumpang ratusan? Terutama, seberapa efektif pemeriksaan manual itu bisa menemukan yang dicari?
Jarum jam bergerak cepat. Sisa 15 menit lagi pesawat take off -- menurut jadwal di boarding pass.
" Lho? Apakah pemeriksaan dengan metal detector di awal tadi tidak cukup?" tanya saya sambil membuka koper kabin. Padahal, pemeriksaan metal detector di bandara Soekarno Hatta bukan hanya barang bawaan, tetapi seluruh badan penumpang. Peralatannya berteknologi canggih. Gunting kuku pun terdeteksi. Jika ada yang meragukan, pemeriksaannya diulang secara manual. Termasuk pemeriksaan badan penumpang, bisa berulang-ulang, karena terdeteksi ada logam, uang logam misalnya. Pun korek api.
Tangan petugas terus saja menggeledah isi koper.