Disebutkan, perawat memiliki otonomi sendiri dalam memberi intervensi nyeri pada pasien. Namun bukan farmakologi intervention melainkan non-farmakologi yang bisa meningkatkan efek dari obat.
“Terapi non-farmakologi yang bisa dilakukan perawat diantaranya, disistruksi, terapi musi, hipnotis, massage, akupuntur, hot dan cold terapi, termasuk bagaimana mengembangkan virtual reality,” jelasnya.
Dia menegaskan PPNI akan mendukung program “Indonesia Bebas Nyeri” yang diinisasi oleh Indonesia Neuromodulation Society.
“Program ini luar biasa, kedepan bagaimana kita bisa membebaskan nyeri, perawat akan sanat mendukung, kita bisa bekerjasama mengembangkan berbagai macam pendekatan yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu, dr Hery Herman dari Universitas Padjajaran mengatakan bahwa masalah intervensi nyeri adalah masalah yang strategis dalam tatanan kesehatan nasional.
Menurutnya, hal ini untuk memastikan bahwa bangsa Indonesia tidak kalah bersaing dengan bangsa lain.
“Artinya harga diri bangsa itu sangat bergantung pada upaya kita meyakinkan bahwa bangsa kita terutama tenaga kerja kita bebas dari nyeri," tandasnya.