Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Katanya sesepuh kita dulu, tentara Jepang terkenal kejam," kisahnya.Ada lebih 27 kamar yang ada di dalam goa. Serta ada juga beberapa jalur yang menipu. Seolah tembus ternyata buntu. Dan, aroma anyir amis darah sesekali merebak di sini."Dua puluh tujuh kamar itu ada yang sudah jadi ada yang belum. Masing-masing kamar berukuran lima kali lima meter," jelasnya.Agak bergidik juga masuk hingga ke tengah goa, membayangkan cerita kekejaman Jepang di dalam goa. Mungkin di lubang buntu itu dulu para romusha ... ah, saya pilih tak membayangkan lebih jauh.Mungkin dari sinilah sumber anyir amis darah berasal. Entahlah ...Dinding goa ini selain tanah juga ada kikisan batu padas. Kalau dipukul-pukul akan rontok. Beberapa bagian lantai ada yang becek. Mungkin ada air hujan yang masuk lewat lubang. Dan memang, lantai becek ini ternyata berjarak sepeluh meter saja di belokan menuju lubang keluar goa.[caption id="attachment_358076" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Total penelusuran goa ini berjarak sekitar 100 meter. Begitu keluar goa, udaranya sangat kontras. Dari pengap di dalam jadi segar di luar. Iklim di sini termasuk dingin karena di ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut.[caption id="attachment_358078" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Turun dari Goa Jepang, saya mengulang lagi minum teh hangat di warung kecil tadi. Kali ini tambah nasi goreng plus telur ceplok, untuk "mengisi baterai" sebelum menempuh perjalanan selanjutnya. Teguh Joko Sutrisno | Ungaran, Jawa Tengah