Kenalan dengan Dua Insinyur Asal Indonesia yang Ikut Buat Pesawat dan Roket di AS

sls reuters (Foto : )

everybody cheered  (bertepuk tangan),” katanya.Meski ada tantangan akibat dampak pandemi Covid-19, lulusan Teknik Elektro dari Universitas Maryland ini mengaku mencintai profesi ini karena bisa membantu masyarakat.“Saya ingatkan diri sendiri, ‘apa tujuan akhirnya? Oh, ini pesawat bisa membawa barang ke negara lain, mempertemukan keluarga, membantu orang mengeksplorasi dunia.’ Saya senang jadinya,” kata pria yang mengantongi gelar Master Sains dari Universitas Washington ini.

Berubah Minat Setelah Magang

Avelino pindah bersama orang tuanya ke AS saat masih berusia tiga tahun. Ia mengaku tidak pernah bercita-cita menjadi insinyur ataupun menyukai dunia penerbangan.Avelino mengaku sebenarnya lebih menunjukkan minat pada bidang desain grafis. Namun, itu semua berubah ketika magang di perusahaan manufaktur tempat ayahnya bekerja.“ Wow, kayak a whole new world  (seperti dunia baru.red)! Magang pengalaman sangat membuka pikiran. Karena sebelumnya saya nggak terbuka pikirannya. Saya siap apply desain grafis. Ayah saya bilang, ‘jangan takut untuk mengeksplorasi bidang lain,’” kata Avelino.Pengalaman itu membuatnya mantap memilih jurusan teknik elektro di Universitas Maryland.Avelino mengaku tak pernah mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena kampusnya aktif membantu mencarikan peluang bagi para mahasiswanya.Perkenalannya dengan perusahaan Boeing berawal dari pameran lowongan kerja di kampusnya.“Meja Boeing panjang  banget  (antreannya). Saya penasaran kenapa panjang sekali antreannya? Kenapa banyak mau  apply ? Jadi saya ikut baris. Waktu saya di