Kenalan dengan Dua Insinyur Asal Indonesia yang Ikut Buat Pesawat dan Roket di AS

sls reuters (Foto : )

schedule , menurunkan ongkos dan menaikkan kualitas produk yang keluar dari pabrik,” kata Marko.Pria berusia 42 tahun ini sudah bekerja di Boeing selama 10 tahun. Marko merasa bersyukur dapat terlibat dalam proyek yang menentukan masa depan penjelajahan ruang angkasa.“Unik sekali proyek ini. Saya merasa beruntung dan mencoba  appreciate   (menghargai) kesempatan ini. Apalagi kita sudah berhasil mengirim unit pertama ke NASA. Dan itu paling memuaskan kalau kita sudah bisa menyelesaikan produk pertama dan bisa menyerahkan produk ke customer,” katanya. Selanjutnya.... Tiap Minggu Kirim 100 Lamaran 

Tiap Minggu Kirim 100 Lamaran Kerja

Pemilik dua gelar Master Sains dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura dan Universitas Southern California ini mengaku, perjalanan karirnya tidak selalu mulus.Usai meraih gelar Sarjana Teknik Industri dari Universitas Tennessee, Marko sempat bekerja di Boston dan Jakarta selama dua tahun. Selanjutnya ia pindah ke Singapura untuk bekerja dan kuliah.Setelah bekerja selama tujuh tahun dalam bidang manufaktur di Singapura, Marko dan istri memutuskan untuk memulai hidup baru di AS pada 2009.Berbekal pengalaman kerja dan gelar Master of Science in Computer Integrated Manufacturing dari Universitas Nanyang Singapura, dia berusaha mencari pekerjaan penuh waktu di Dallas, negara bagian Texas. Namun, tidak membuahkan hasil.“Ekonomi kan lagi susah tuh tahun 2009, jadi saya banyak  apply  (melamar) kerjaan. Selama enam bulan saya kira-kira setiap minggu mungkin