, Minggu (2/8/2020).6. Covid-19 dibagi menjadi beberapa golongan. Golongan A adalah yang bisa dideteksi dengan rapid test. Golongan B dan C adalah yang tidak bisa dideteksi dengan rapid test, tapi bisa dideteksi dengan tes swab. Sementara golongan D adalah yang tidak bisa dideteksi dengan tes swab, tapi bisa dideteksi dengan tes DNA untuk melihat apakah virus sudah masuk ke jaringan pembuluh darah atau masih dalam proses asimilasi untuk masuk ke tubuh melalui oksigen.Tidak ada penggolongan Covid-19 yang didasarkan pada kemampuan deteksinya. Sejauh ini, tes PCR dianggap paling akurat untuk mendeteksi Covid-19 dibandingkan rapid test antibodi. Tes PCR Covid-19 sudah dikembangkan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 yang diambil dari lendir di saluran pernapasan. Dalam tes PCR ini, terdapat materi genetik sintetik atau primer yang hanya bisa menempel pada urutan materi genetik SARS-CoV-2. Tes PCR bisa mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2 tanpa harus menunggu munculnya antibodi seperti rapid test.Sementara terkait klaim golongan D yang hanya bisa dideteksi dengan tes DNA, keliru. Menurut ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, materi genom SARS-CoV-2 adalah RNA sehingga tidak akan bisa dideteksi dengan tes DNA. “Jadi, sampai kiamat pun, enggak akan ketemu virusnya kalau dites dengan tes DNA,” kata Ahmad.[caption id="attachment_357081" align="alignnone" width="848"] Artikel halodoc, Cara Kerja Vaksin Corona. (Foto: Tangkap layar halodoc.com)[/caption]Hal ini juga diungkapkan oleh pakar penyakit dalam spesialis paru-paru Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, Sumardi. Menurut dia, virus Corona jenis baru penyebab Covid-19 ini merupakan virus RNA. Virus RNA yaitu strain yang saat bertemu dengan inang dapat membuat salinan baru yang bisa terus menginfeksi sel lain.7. Tes digital teknologi murah seharga Rp 10 ribu.Wakil Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Herawati Sudoyo, menyatakan tidak mengetahui adanya tes Covid-19 yang bernama digital teknologi seperti yang dikatakan Hadi Pranoto, yang hanya bertarif Rp 10-20 ribu. Dia mengatakan tenaga medis di dunia menggunakan reverse transcriptase polymerase chain reaction (PCR). “Itu juga yang digunakan di Indonesia,” katanya.[caption id="attachment_357092" align="alignnone" width="997"] Artikel tempo.co, Benarkah klaim Hadi Pranoto dalam Video Milik Anji? (Foto: Tangkap layar tempo.co)[/caption]Senada dengan Herawati, pengajar mikrobiologi FK Unair, Agung Dwi Widodo, tidak paham dengan maksud digital teknologi yang disebutkan Hadi. Dia pun bercerita tentang sejumlah guru besar yang sempat merasa jengkel dengan klaim tes Covid-19 yang dikatakan oleh Hadi tersebut. “Kalau ada tes yang berbasis digital teknologi itu murah, maka semua sampel di ini Surabaya mau dikirim ke Hadi Pranoto,” canda Agung.Pria yang berprofesi sebagai dokter mikrobiologi klinis itu juga berkata tes Covid-19 tergolong mahal karena sejumlah penyebab. Beberapa di antaranya adalah petugas mesti menggunakan alat pelindung diri (APD) saat mengambil sampel; jumlah mesin pengujian yang terbatas; dan reagen yang masih impor.8. Covid-19 bisa terdeteksi lewat keringat.Pengajar mikrobiologi FK Unair, Agung Dwi Widodo mengatakan belum ada penelitian yang menyebut bahwa deteksi Covid-19 bisa dilakukan melalui keringat. Yang terbaru, kata dia, banyak ilmuwan menyebut bahwa tes Covid-19 bisa menggunakan air liur atau saliva. Senada dengan Agung, Wakil Ketua IDI Adib Khumaidi mengatakan belum ada penelitian yang menyebut bahwa tes Covid bisa menggunakan keringat. “Belum ada penelitian secara ilmiah yang membuktikan itu,” kata Adib.9. Vaksin Covid-19 hanya akan semakin merusak organ.Cara vaksin COVID-19 tak berbeda jauh pada vaksin pada umumnya. Di dalam vaksin terdapat berbagai produk biologi, dan bagian dari virus atau bakteri, maupun virus atau bakteri yang sudah dilemahkan. Produk inilah yang beguna untuk merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh.Dengan kata lain, cara kerja vaksin virus corona sama dengan vaksin lainnya. Vaksin COVID-19 akan merangsang sistem imunitas untuk membuat zat kekebalan tubuh (antibodi) yang bertahan cukup lama. Nah, zat ini nantinya akan melawan antigen dari patogen (virus corona) COVID-19 masuk ke dalam tubuh. Bila antigen penyakit COVID-19 menyerang kembali, maka akan muncul reaksi imunitas yang kuat dari tubuh. Tujuannya untuk menghancurkan antigen tersebut.10. Masker tidak dapat mencegah transmisi Covid-19.Dari hasil penelitian para peneliti di Texas dan California, Amerika Serikat peneliti membandingkan tren tingkat infeksi Covid-19 di Italia dan New York AS, sebelum dan sesudah aturan penggunaan masker wajah diwajibkan.[caption id="attachment_357082" align="alignnone" width="633"] Artikel kompas.com, Pakai Masker Cegah Infeksi Covid. (Foto: Tangkap layar kompas.com)[/caption]Hasil penelitian yang diterbitkan di Prosiding National Academy of Sciences menyebutkan, kedua lokasi mulai menunjukkan tingkat infeksi melandai setelah kewajiban penggunaan masker wajah diberlakukan. Memakai masker ditemukan dapat mencegah lebih dari 78.000 infeksi di Italia selama 6 April dan 9 Mei, dan lebih dari 66.000 infeksi di New York City selama 17 April dan 9 Mei.Hadi Pranoto akhirnya mengakui bahwa dirinya memang bukan dokter atau profesor. Itu hanya sebutan dari teman-temannya. Hadi mengklaim teman-temannya selama ini kagum atas dirinya sebagai anak bangsa yang bisa menjadi penemu.[caption id="attachment_357078" align="alignnone" width="664"]