, di website Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) ada nama Hadi Pranoto dengan gelar akademik doktor (Dr) lulusan S3 Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun foto Hadi Pranoto di website Dikti tersebut berbeda dengan Hadi Pranoto yang tampil di YouTube musisi Anji.Saat dikonfirmasi mengenai latar belakang pendidikan S-3 dari IPB atas nama Hadi Pranoto di data Dikti, Hadi Pranoto membenarkannya. “Iya,” kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com via WhatsApp mengenai pendidikan terakhirnya tersebut, Senin (3/8/2020).Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi IPB University Yatri Indah Kusumastuti melalui rilis ke Kompas.com membantah jika Hadi Pranoto lulusan S3 IPB.[caption id="attachment_357076" align="alignnone" width="619"] Artikel kompas.com klaim Hadi Pranoto obat Covid-19. (Foto: Tangkap layar kompas.com)[/caption]“Menurut penelusuran di internal institusi kami, sosok Hadi Pranoto yang dimaksud Kompas.com adalah orang yang berbeda dengan Hadi Pranoto yang merupakan alumnus IPB (saat ini dosen Universitas Mulawarman). Nama sama, tetapi beda orang,” tulis Yatri dalam rilis, Senin (3/8/2020).2. Dosen di Universitas MulawarmanHadi Pranoto yang merupakan dosen di Universitas Mulawarman menegaskan jika ia bukanlah Hadi Pranoto yang tampil di YouTube musisi Anji. “Dari fotonya juga bukan saya, terus bidang keahliannya juga bukan saya, dia (Hadi yang viral di YouTube musisi Anji) itu kan ngomongnya profesor dan bidang keahliannya Mikrobiologi, sedangkan saya bidangnya Agroforestri dan dosen Fakultas Pertanian dan saya alumni IPB S3, S1 UMM Malang, S2 Mulawarman Samarinda,” bebernya.3. Bahwa dia telah menemukan cairan antibodi Covid-19.Jubir Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito menegaskan obat herbal yang diatur di Indonesia terdiri dari jamu, obat herbal berstandar, dan fitofarmaka. Dia meminta masyarakat jeli dan memeriksa apakah obat itu sudah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau Kementerian Kesehatan. “Apabila ramuan herbal tersebut masih dalam tahap penelitian dan belum ada bukti ilmiah tentang keamanan dan efektivitasnya, maka tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat,” ucap Wiku.[caption id="attachment_357079" align="alignnone" width="607"]