Bagi pencinta musik dangdut, Elvy Sukaesih adalah ratu dan mahkota “keratuan” Elvy tak ada yang meragukan, setidaknya menurut penggemarnya. Dengarlah, suara dengan “cengkok” yang khas dan aksi pentasnya yang menyihir banyak penonton. Elvy yang sudah manggung semenjak kelas 3 SD ini memiliki syarat sebagai “entertainer.”Penyanyi kelahiran Betawi ini, sebenarnya keturunan Sunda. Mohammad Ali, ayahnya, asli Sumedang begitu pula Rohayah Asiah, ibunya. Pasangan Sumedang ini, pada 25 Juni 1951 begitu bahagia. Pasalnya mereka dikaruniai bayi mungil. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama, Elvy Sukaesih. Entah kenapa dikemudian hari nama Elvy berganti menjadi Else. Menurut pengakuan Elvy, “Itu pengaruh Belanda.” Maka Elvy kecil adalah Else. Else yang memaksa ayahnya, pemain orkes gambus ikut kondangan.Elvy mengaku tak pernah belajar musik secara khusus. Di sore hari, bila ayahnya sedang bermain gitar ia ikut menyanyi di teras rumah. Lagu yang didendangkan macam-macam. Trend rekaman waktu itu irama Melayu. Misalnya tembang roman Bunga yang dialunkan Else itu, biasa didendangkan Orkes Melayu Bukit Siguntang.Selain menyanyi, sejak kecil Elvy sudah suka menari dan di dekat rumahnya ada gedung Bioskop Gembira yang memutar film India. Karena pengaruh film India, Elvy menjadi suka mendendangkan lagu India. Menurutnya musiknya enak dan energik.Suatu kali ibunya pernah bercerita padanya, “Waktu kamu kecil sering pakai handuk diplintir di kepala, seolah jadi rambut panjang, atau pakai kain menari seperti di film-film India. Kainnya dianggap sebagai sari India.” Suatu saat ayahnya harus pentas bersama kelompoknya. Malam minggu itu, sang ayah mengajak Elvy untuk ikut tetapi dengan syarat harus menyanyi.Pada awalnya Elvy menolak karena malu. Namun karena Elvy ingin ikut, akhirnya ia mengiyakan permintaan ayahnya. Saat itu Elvy masih kelas 3 SD.Setelah beberapa penyanyi, sang ayah mulai memberi kode padanya untuk gantian menyanyi. Saat itu Elvy merasa takut pada ayahnya. Ayahnya memang tak pernah memukulnya, namun hanya menyentil telinganya. Namun sentilan itu baginya sudah cukup menyakitkan.Akhirnya Elvy menyanyi. Waktu itu ia menyanyikan tembang Melayu “Taman Bunga”. Lagu tersebut salah satu sound track film Sedetik Lagi yang dibintangi Eliya Rosa. Sebelum menyanyi, ia meminta kepada pemain biola agar memberitahunya kapan masuk dan kapan berhentinya dengan cara disenggol.Tetapi ternyata ketika mulai menyanyi, Elvy sudah langsung tahu kapan masuknya, tanpa disenggol. Jadi tidak ada kesulitan sama sekali waktu ia menyanyi pertama kali di depan umum. Saat itu, orang-orang sampai naik-naik ke bangku, meneriaki Elvy “Eh anak kecil” atau “penyanyi cilik”. Waktu itu sekitar tahun 1959-1960-an. Setelah lagu itu selesai, ternyata orang-orang memintanya untuk menyanyi lagi hingga tiga lagu.Yang tadinya iseng, akhirnya jadi sungguhan. Elvy memilih dunia tarik suara jadi ladangnya. “Prinsipnya, saya menyanyi hanya untuk membantu orang tua-Iah. Nggak ada angan-angan mau jadi orang top,” jelas Elvy datar. Maka, jadilah Elvy penyanyi cilik yang cukup kondang. la laris dalam acara perkawinan ataupun pertunjukan khusus. Kendati kondisi penyanyi masih dicap tabu, sering diolok-olok, Elvy tak menggubrisnya. “Saya cuek aja,” tangkisnya.