Olok-olok ini juga dijumpai di sekolah. Apalagi kalau malamnya Elvy habis manggung. “Begitu malamnya habis main, besoknya di sekolah – teman-teman bisik bisik…itu biduan tuh, semalam habis main di kampung saya,” cerita Elvy.Selama menjadi penyanyi cilik, dalam hal sekolah Elvy tak pernah bolos. Meski pulang pukul 6 pagi sehabis pentas, Elvy tetap siap dengan seragamnya berangkat ke sekolah. Jika pentas di luar kota, Elvy berangkat belakangan bersama petugas khusus yang menjemputnya sepulang sekolah.Resikonya, jam istirahat ia gunakan untuk tidur di kelas, sementara teman-teman lainnya bermain. “Kalau sudah ngantuk, saya taruh kepala saya di atas meja, lalu tiduran di kelas,” kenang Elvy.Elvy makin sering muncul bersamaan tawaran pentas yang terus mengalir. la tampil di sejumlah rombongan orkes Melayu. “Saya tampil sesuai dengan grup yang booking, ya…jadi rebutan. Malam Minggu tampil dengan grup ini, besok tampil dengan grup lain,” jelas Elvy. Bapak-ibunya bergantian mengawal Elvy, kemana saja Elvy manggung. Singkat cerita, sang ayah yang memperkenalkan Elvy pada dunia nyanyi meninggal karena penyakit yang dideritanya saat Elvy masih kelas lima SD. Peranan sang ayah kemudian digantikan oleh ibunya. Sepeninggal sang ayah, Elvy menyanyi untuk membantu keluarga. Begitu ia mendapat uang dari menyanyi, uang tersebut diberikan kepada ibunya. Ia tidak pernah memegang seperak pun.Meski belum masuk dapur rekaman, ia terus menyanyi hingga terkenal termasuk ikut tur bersama Said Kelana. Ia mulai menyanyi di atas panggung, gedung kesenian, dan sebagainya saat berumur kurang lebih sebelas tahun. Saat itu sedang ngetop lagu Ratapan Anak Tiri dan Boneka dari India. Saat Elvy membawakan lagu Ratapan Anak Tiri, banyak penonton yang menangis. Saat itulah Elvy untuk pertama kalinya diwawancarai oleh wartawan. Sejak itu, ia dikenal sebagai penyanyi cilik dan mulai keliling bersama beberapa grup musik.