Event ini sekaligus menjadi ikon wisata berbasis budaya yang ada di Yogyakarta. Dimulai dengan arak-arakan tumpeng yang dikawal Bergada Prajurit, kemudian dilanjutkan prosesi doa bersama seluruh peserta Festival Wastra Nusantara dan diakhiri dengan rayahan tumpeng berisi nasi, lauk, sayur mayur khas Yogya.
Kegiatan ini juga melibatkan para pelaku usaha di Malioboro, pelaku wisata, Komunitas Perempuan Berkebaya dan Bersanggul Nusantara hingga UMKM kuliner.
Menurut salah satu panitia, Yovie Ferianto, salah satu yang mendapatkan antusias adalah lomba mewiru atau seni melipat kain jarik sesuai tata cara berpakaian adat khas Yogya.
Selain itu, Lomba Menggulubg Stagen, yakni kain panjang sekitar 5 - 10 meter, yang merupakan kain pelengkap pakaian tradisionap Jawa yang dililitkan di pinggang sebagai pengikat.
" Festival Wastra dengan berbagai kegiatan budaya ini sebagai upaya mengedukasi sekaligus mengingatkan kembali masyarakat terutama generasi muda akan kekayaan wastra Nusantara yang memiliki nilai-nilai kehidupan yang harus dilestarikan," ungkapnya.
Yovie juga menyampaikan kemeriahan puncak Festival Wastra digelar drngan pagelaran "fashion on the street" bertema kain wastra nusantara mulai kain dari Batak, Padang, Palembang, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi hingga daerah- daerah lain di Nusantara.
"Tak hanya itu, wisatawan juga dihibur dengan beragam penampilan seni diantaranya tarian adat Batak, Tembang Jawa, belajar membatik hinhga menikmati sajian jamu tradisional Jawa secara gratis," pungkas Yovie.