Antv –Pendidikan di Indonesia Timur tak asing dengan image negatif atau yang memilukan hati, seperti susahnya akses jalan, minimnya fasilitas, rintangan budaya yang sulit dilawan, membuat belahan bumi pertiwi yang satu ini selalu akrab dengan kata "tertinggal".
Tapi kabar baiknya, Indonesia Mengajar mematahkan stigma negatif yang telah terbentuk tersebut berdasarkan pengalaman para pengajar mereka yang mengabdi hingga ke pelosok negeri selama ini.
Indonesia mengajar (IM) adalah sebuah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat umum selama satu tahun penuh.
Dalam sesi diskusi dan konfersi pers yang diselenggarakan di Gedung Kementrian Pendidikan, Selasa, 20 September 2022, Indonesia Mengajar sudah memberi beberapa kisah abdi mereka di Indonesia Timur.
Hadir dalam sesi itu, Hikmat Hardono selaku Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar yang menyatakan bahwa masyarakat perlu mendengar kisah para pengajar di berbagai pelosok negeri ini secara langsung, agar tidak melihat Indonesia Timur sebagai bagian negeri yang sangat tertinggal.
“Syaratnya untuk berani beragam dengan pendekatan di lapangan. Kita harus terbuka dulu. Kita nggak pernah bisa memahami bahwa pendekatan pengembangan pendidikan itu bisa dan harus beragam tanpa kita berani mendengar dan bersikap terbuka lebih dalam tentang apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan,” katanya.
Mendampingi Hikmat Hardono, Iffah Sulistyawati Hartana, salah satu guru dari Indonesia Mengajar yang mendapat tugas mengajar di Papua Barat, tepatnya di Maybrat. Ia berangkat pada 17 September 2021 dan purnatugas pada 18 September 2021. Iffah mendapatkan berbagai kejutan yang menarik, dimana hal tersebut mematahkan stigma buruk terkait suasana pendidikan dan orang-orang di wilayah timur, khususnya Papua.