Di centre back, Inggris bertumpu pada duet Marc Guehi dan John Stones. Spanyol pada Aymeric Laporte dan Nacho atau Le Normand. Di posisi ini kekuatan kedua tim berimbang. Ketat menjaga lawan, solid membaca arah orang dan bola, alias sulit ditembus. Duet Inggris sedikit lebih rapi, karena tidak bernapsu ikut menyerang.
Pertempuran sengit terjadi di lapangan tengah. Inggris dan Spanyol serupa memainkan dua gelandang bertahan merangkap play-maker. Inggris memasang Declan Rice didampingi pemain muda, Kobbie Mainoo.
Spanyol punya dua gelandang idola, Rodri dan Fabian Ruiz. Spanyol praktis lebih unggul, sebab keduanya senior, bertipe elegan tapi petarung, dan pintar membongkar pertahanan lawan.
Sedangkan untuk gelandang serang, Inggris punya Jude Bellingham, pemain dengan talenta luar biasa. Cepat, cerdik memanfaatkan momentum, dan punya naluri bomber pencetak gol. Spanyol punya Dani Olmo, juga berbahaya dan sering cetak gol. Tapi kelasnya masih di bawah Bellingham.
Di lini depan Inggris dan Spanyol memiliki penyerang kelas satu. Di sayap kanan Inggris punya Bukayo Saka, sedangkan Spanyol punya bocah ajaib, Lamine Yamal. Keduanya cepat dan pintar melewati lawan. Punya insting bagus dalam mencetak gol. Saka lebih berpengalaman dan berbahaya.
Di sayap kiri, Inggris ada Phil Foden atau Cole Falmer, jago dribling, liar sulit dijaga, punya tendangan keras dan akurat. Bahkan Foden sering menerobos dari tengah, begitu juga Cole Palmer. Keduanya pemain kidal, yang sulit dikawal.
Sementara Spanyol, mengandalkan sayap kiri pada si jabrik, Nico Williams, yang tak kalah ganas. Dia cepat, juga lihai melewati lawan. Sayang naluri golnya kurang. Sayap serang Inggris punya kelebihan lain, Saka dan Foden sering bertukar posisi, membuat lawan bingung.