Kamera khusus VAR angle-nya lebih close up, mengikuti gerakan pemain. Kamera televisi cenderung mengukuti arah bola, angle-nya variatif, wideshot dan close-up.
Visual dari 12 kamera itu direkam di ruang kendali. Bila ada momen ingin dilihat, rekamannya di-playback melalui alat slomotion, diperkaya virtual grafik.
Lalu visual (bisanya dari 3 atau 4 angle kamera) itu dikirim ke monitor tv di pinggir lapangan, untuk dilihat dan dikaji wasit. Visualnya harus jelas, agar wasit mudah menilai.
Visual VAR juga disalurkan ke ruang kendali televisi, untuk ditayangkan. Sehingga penonton tv bisa melihat VAR. Sedangkan di stadion, VAR hanya dilihat wasit.
Bertahap Sesuai Kemampuan
Alhasil VAR butuh tim produksi visual handal. Mereka, antara lain, produser, director visual, juru kamera, operator slomo dan virtual grafik. Apakah kita siap?
Ini saya agak ragu. Kebetulan saya yang menciptakan dasar tv production sepak bola di Indonesia. Di awali tahun 1995, saat Liga Dunhill bergulir, dan tayang di stasiun ANTV.