Pemkot Surabaya bisa dibilang tinggal fokus keperawatan saja. Selain menjaga tingkat kerataan rumput, perawatan yang dilakukan juga menyangkut penebaran pasir khusus dan pemberian bibit secara rutin agar permukaan lapangan ideal. “Khusus lapangan, semua sudah aman,” tutur Essy Asiah, Direktur Prasarana Strategis Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR.
“Kita sekarang bisa bersyukur di luar Jakarta punya fasilitas bagus berstandar internasional. Hal ini menunjukkan pembangunan tidak hanya terpusat di Jakarta, tetapi juga daerah-daerah lain,” ucap Erick Thohir.
Sejak jauh-jauh hari, Pemkot Surabaya juga sudah berhasil menghilangkan bau tak sedap yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Lahan seluas 37,4 hektar yang sudah berdiri sejak 2001, jauh sebelum GBT didirikan.
Sejak 2015 sampah di TPA Benowo dimanfaatkan PT Sumber Organik (PTSO) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), yang diklaim terbesar dan pertama di Indonesia. PLTSa ini berkapasitas total sekitar 11 MW. Mereka bekerja mengolah sampah menjadi listrik menggunakan metode Gasification Power Plant dan teknologi Sanitary Landfill Power Plant.
Karena lokasi TPA Benowo dan Stadion GBT yang berdekatan, bau sampah kerap merebak ke stadion. Solusi didapat berkaitan dengan hal ini.
Yang pertama, pihaknya melakukan pembatasan operasional truk pengangkut sampah. Dari yang tadinya sejak pagi hari menjadi hanya malam hari. Berikutnya, pihak Pemkot Surabaya dan PTSO juga melakukan penyemprotan mikroorganisme EM6.
Cairan bakteri itu dinilai ampuh menghilangkan bau sampah. EM6 merupakan mikroorganisme yang bersifat organik, bukan zat kimia.