Beredarnya POP sekaligus menutup tahun produktif bagi Pongki yang sempat bekerja sama lagi dengan band lamanya, Jikustik, untuk merilis kompilasi rekam/kenang yang berisi materi mereka yang selama ini tersimpan di arsip.
Selain itu, ia masih aktif tampil di panggung sebagai artis solo maupun bersama The Dance Company dan membawakan repertoar yang layak dicemburui dari sepanjang kariernya sebagai pencipta lagu untuk grupnya, dirinya sendiri maupun artis-artis besar seperti Chrisye, Iwan Fals, Audy, Siti Nurhaliza dan masih banyak lagi. Kalau Anda tahu lagu “Maaf”, “1000 Tahun Lamanya”, “Setia”, “Seperti yang Kau Minta” atau “Aku Bukan Pilihan” – dan siapa yang tidak tahu? – seharusnya Anda tahu juga kalau itu semua adalah lagu ciptaan Pongki Barata.
Alhasil, POP adalah album oleh seorang seniman yang bangga dengan karya-karya lama yang membesarkan namanya namun juga ingin terus produktif sambil bereksplorasi dan mencoba hal-hal baru, suatu hal yang cukup langka ditemukan di antara para musisi dan pencipta lagu dengan jam terbang serupa.
“Yang ingin disampaikan dari album ini sebenarnya adalah berani untuk keluar dari pola lama. Berani untuk menantang diri sendiri, untuk membuat sesuatu yang diharapkan dapat menjaga gejolak-gejolak kesenimanan di dalam diri,” kata Pongki.
“Kalau terus-menerus mengulang pola yang sama, bisa jadi saya sendiri jadi bosan dan jenuh karena begitu-begitu terus. Kalau orang sudah terbiasa dengan pola lagu-lagu Pongki yang lama, mungkin album ini akan sedikit buat mereka kaget. Tapi enggak apa-apa, toh kalau orang enggak suka dengan yang ini mereka pasti menunggu album yang berikutnya!”