Sebagai sahabat, Ical mengetahui hal ini dan mengajak Azka menemui Haji Acmad Bakrie. Haji Achmad Bakrie memotivasi Azka untuk tetap melanjutkan sekolah dan kuliah sampai sarjana.
Setiap tanggal satu, Azka diminta datang untuk mengambil uang bantuan untuk biaya sekolah. Sejak saat itu, setiap tanggal 1 setiap bulan Azka menerima uang dari tangan Ibu Roosniah Bakrie.
Jumlah bantuan yang diberikan ternyata jauh lebih dari cukup untuk uang sekolah dan ongkos. Azka yakin bahwa sebetulnya maksud Haji Achmad Bakrie bukan sekadar membiayai sekolah Azka, melainkan membantu membiayai hidup Azka sekeluarga.
Perasaan risih terus-menerus menerima bantuan menyebabkan Azka sering menghindari hari-hari sekitar tanggal satu. Namun apabila dua-tiga hari setelah tanggal satu Azka tidak datang, selalu saja bantuan bulanan itu diantarkan ke rumah. Kadang oleh sopir keluarga Bakrie, kadang Ical yang mengantarkannya. Itu berlangsung bertahun-tahun.
Risih menerima bantuan terus-menerus, diam-diam Azka berusaha mencari uang sendiri. Azka berhasil diterima menjadi wartawan di surat kabar Warta Harian, sambil berkuliah di Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, setelah keluar dari ATN (Akademi Teknik Nasional) dan sebelumnya di Fakultas Teknik Perkapalan Universitas Bung Karno (UBK), yang ditutup pemerintah pasca pemberontakan G-30-S/PKI.
Kedekatan Azka dekat dengan Haji Achmad Bakrie, tidak serta-merta memudahkan Azka untuk mewawancarai Haji Achmad Bakrie sebagai seorang pengusaha nasional yang sukses.
Butuh waktu 12 tahun bagi Azka untuk meminta kesediaan Haji Achmad Bakrie untuk diwawancara untuk melengkapi tulisan berseri profil pengusaha-pengusaha nasional ternama di Harian Kompas. Haji Achmad Bakrie yang terkenal sangat low profile berkali-kali menolak wawancara, sehingga Azka menggarap tokoh pengusaha lain lebih dulu seperti pengusaha ulet asal Sumatera Utara Dr. Tumpal D. Pardede dan “Raja Mobil” Dr Haji Masagus Nur Muhammad Hasyim Ning.
Sejak permintaan wawancara diajukan April 1973, baru pada 1986 Haji Achmad Bakrie bersedia diwawancara oleh Azka.
Hasil wawancara dengan Haji Achmad Bakrie itu kemudian dimuat di Kompas edisi Minggu 16 Februari 1986.
Tulisan berbentuk kutipan dialog panjang-lebar yang mendapat perhatian luas dari masyarakat pembaca itu ternyata merupakan satu-satunya publikasi yang pernah ada mengenai Haji Achmad Bakrie yang bersumber dari wawancara langsung dengan beliau.
Selamat jalan, Pak Azka. Karya dan jasamu akan selalu dikenang.
Baca Juga :