Pada pertemuan di kantor ANTV, Gedung Sentra Mulia Lantai 18, Kuningan, Jakarta Selatan, 30 Juni 1998, Azka menekankan bahwa yang dibutuhkan wartawan adalah organisasi yang memiliki kekuatan menegakkan etika jurnalistik dan melindungi anggotanya, bukan sekadar forum komunikasi.
Azkarmin juga anggota Dewan Pers angkatan pertama yang dibentuk tahun 2000, bersama dengan Jakob Oetama, Surya Paloh, Zainal Abidin Suryokusumo, Atmakusumah Astraatmadja dan Benjamin Mangkoedilaga (karena menjadi hakim agung, Benjamin lalu digantikan oleh Bachtiar Aly).
Di tahun 2010 nama Azkarmin Zaini menjadi salah satu wartawan senior yang mendapatkan sertifikat ahli pers dari Dewan Pers. Dimana para pemegang sertifikat ini bisa mewakili Dewan Pers dalam perkara pers sebagai seorang ahli pers.
Kedekatan Azkarmin Zaini dengan Keluarga Bakrie
Azkarmin Zaini mungkin tidak akan pernah mengenal Haji Achmad Bakrie andaikata tidak berteman akrab dan satu sekolah dengan Aburizal, putra sulung keluarga Haji Achmad Bakrie, di SMA III/Teladan B Negeri, Jalan Setiabudi pada tahun 1961-1964. Azka dan Ical, nama panggilan Aburizal Bakrie, sebetulnya cuma satu angkatan, tidak pernah sekelas.
Namun di luar sekolah, keduanya berteman akrab. Bersama empat teman lainnya, Azka dan Ical belajar bersama, latihan pencak silat, nonton bioskop, mendengarkan piringan hitam, sesekali pergi ke pesta dansa, main band, serta berlibur dan menginap di rumah peristirahatan keluarga Bakrie di Cibulan, Jawa Barat.
Menurut pengakuannya dalam buku Acmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran dan Keberhasilan, Azka mengaku rumah keluarga Bakrie sudah serasa rumahnya sendiri. Makan di rumah itu dengan seluruh keluarga Bakrie lengkap, menjadi hal yang biasa.
Azka juga dekat dan akrab dengan putra-putri Haji Achmad Bakrie lainnya yakni Roosmania Odi Bakrie, Indra Usmansyah Bakrie, dan Nirwan Dermawan Bakrie.
Ayahanda Azka, Abbas Zaini, wafat pada September 1962, saat Azka berusia 16 tahun dan baru saja naik ke kelas II SMA.
Selepas kepergian ayahnya, Azka mulai berpikir untuk tidak melanjutkan sekolah agar bisa sedapat-dapatnya mencari nafkah untuk Ibunda Noerbaidah binti Adam dan kelima adik-adik.
Abbas Zaini pegawai menengah Garuda Indonesian Airways yang mengandalkan pendapatan dari gaji semata, dan tinggal di rumah instansi. Pada masa itu di Garuda belum mengenal sistem pensiun.
Baca Juga :