Menurut ahli virus Dr. Jeremy Kamil dari Louisiana State University Health Science Center, varian ini paling banyak menyerang orang yang sudah pernah terinfeksi di awal pandemi, orang yang belum mendapat vaksin, atau belum mendapat vaksin lengkap.Dia menambahkan bahwa secara gejala tidak terlalu berbeda dengan varian delta. Namun, karena sifatnya yang ketiga, ini berisiko membuat perawatan dengan obat-obatan antibodi monoklonal tidak terlalu efektif. Contoh obat-obatan antibodi monoklonal adalah actemra dan kevzara.Namun belum ada bukti bahwa varian ini membuat angka positif covid meningkat tajam. Sejauh ini, varian terbaru tersebut masih ditemukan dalam jumlah yang relatif lebih sedikitUntukmelindungi pasien dari varian delta, vaksin Pfizer dan AstraZeneca terbukti efektif hingga 96 dan 92 persen setelah dua dosis. Namun, untuk varian delta plus, belum ada data yang dirilis karena varian ini masih tergolong baru.Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk meneliti varian terbaru ini. Salah satu penelitian dilakukan oleh The Indian Council of Medical Research.
Ini Kata Ahli Soal Virus Corona Varian Delta Plus
Kamis, 29 Juli 2021 - 11:01 WIB