Ini Kata Ahli Soal Virus Corona Varian Delta Plus

Ini Kata Ahli Soal Virus Corona Varian Delta Plus
Ini Kata Ahli Soal Virus Corona Varian Delta Plus (Foto : )
Virus corona varian delta plus memiliki sifat lebih mudah menular, ikatan dengan sel di paru-paru lebih kuat, dan berpotensi menurunkan respons antibodi monoclonal.
Virus corona varian delta plus disebut telah ditemukan di Indonesia. Dilansir dari Medical News Today, pada awal Juli 2021, tercatat sudah ada 11 negara yang dimasuki oleh corona varain delta plus ini. Virus corona terus menyebar dan telah bermutasi. Saat ini ada 11 varian yang diamati oleh World Health Organization (WHO). Salah satunya adalah varian delta yang pertama kali ditemukan di India pada Desember 2020 lalu. Varian delta kini menjadi varian yang paling mudah menular dan mendominasi sebagian besar kasus di berbagai negara, termasuk India, Amerika Serikat, dan Inggris. Sementara itu , varian delta plus pertama kali diumumkan di Inggris sebagai
variant of concern pada 11 Juni 2021. Varian yang juga disebut dengan AY.1 ini, merupakan sublineage dari varian delta. Perbedaannya yang telah diketahui hanya terletak pada tambahan mutasi K417N pada permukaan protein virus yang membuat virus lebih mudah menempel pada sel sehat di dalam tubuh manusia. Indian SARS-CoV-2 Consortium on Genomics (INSACOG) terus meneliti varian terbaru ini. Berdasarkan temuan protein pada permukaan varian baru ini, varian tersebut memiliki sifat sebagai berikut:
  • Lebih mudah menular
  • Ikatan dengan sel di paru-paru lebih kuat
  • Berpotensi menurunkan respons antibodi monoclonal
Menurut ahli virus Dr. Jeremy Kamil dari Louisiana State University Health Science Center, varian ini paling banyak menyerang orang yang sudah pernah terinfeksi di awal pandemi, orang yang belum mendapat vaksin, atau belum mendapat vaksin lengkap. Dia menambahkan bahwa secara gejala tidak terlalu berbeda dengan varian delta. Namun, karena sifatnya yang ketiga, ini berisiko membuat perawatan dengan obat-obatan antibodi monoklonal tidak terlalu efektif. Contoh obat-obatan antibodi monoklonal adalah actemra dan kevzara. Namun belum ada bukti bahwa varian ini membuat angka positif covid meningkat tajam. Sejauh ini, varian terbaru tersebut masih ditemukan dalam jumlah yang relatif lebih sedikitUntuk melindungi pasien dari varian delta, vaksin Pfizer dan AstraZeneca terbukti efektif hingga 96 dan 92 persen setelah dua dosis. Namun, untuk varian delta plus, belum ada data yang dirilis karena varian ini masih tergolong baru. Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk meneliti varian terbaru ini. Salah satu penelitian dilakukan oleh The Indian Council of Medical Research.