Ngadiyanto (45). Ia adalah ketua Kelompok Tani di Dusun Sirap yang punya gagasan membangun Dusun jadi desa wisata kopi. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Ada tiga varietasnya yang ditanam di sini, yaitu robusta, arabika, dan excelsa. Dulu lahan yang sekarang dipakai adalah bekas perkebunan kakao, makanya ada taste coklat atau mocca yang dihasilkan kopi Dusun Sirap," jelas Ngadiyanto.Selain taste mocca, lanjutnya, ada satu lagi kopi dari Dusun Sirap yang punya citarasa spesial dan jarang ada di daerah lain."Ada yang namanya kopi jenis Excelsa, kalau diseduh itu muncul aroma nangka, begitu juga saat disruput taste nangkanya juga terasa," kata Ngadiyanto sambil bergegas ke dapur untuk menyeduh kopi Excelsa.Saya ikut mencecap kopi khas Gunung Kelir ini. Sekali dua kali sruput masih belum berasa banget nangkanya. Maklum saya bukanlah pecandu kopi berat. Jadi butuh adaptasi lah. Barulah pada sruputan berikutnya saya mulai merasakan ada aroma dan taste nangka tersebut.[caption id="attachment_345434" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Lain lagi dengan kopi robusta yang jadi andalan Dusun Sirap ini. Sekali coba langsung kena. Kopinya mantap dan ada rasa moccanya. Dan pahitnya tidak terlalu keras. Mungkin pas proses roastingnya memang disetel medium. Kalau disetel dark gitu mungkin pahitnya lebih kuat."Secara umum yang jadi andalan di sini memang kopi jenis robusta, dan jenis ini juga yang pernah meraih penghargaan nasional. Sifat tanah dan ketinggian lokasi, iklim dan suhu udara sangat mempengaruhi hasil kopi, karena jenis robusta sangat baik di ketinggian 700 hingga 1000 meter dari permukaan laut, dan Dusun Sirap ada di titik itu," ungkap Ngadiyanto.Dari kedai kopi saya diajak jalan menuju ke kebun. Ada jalan setapak yang dibuat sedemikian rupa untuk jalur trekking. Jika pas musimnya, pengunjung bisa mencium semerbak bau bunga kopi dan melihat buah kopi yang merah merona. Di beberapa titik juga ada gazebo untuk rebahan.[caption id="attachment_345416" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]O ya. Mampir ke kampung juga jadi ide bagus. Bisa lihat langsung bagaimana kesibukan warga mengolah biji kopi. Dari menjemur, mengupas, roasting, hingga jadi serbuk kopi siap seduh.Untuk mencecap kopi di kedai Dusun Sirap ini aman-aman saja di kantong. Antara 10 hingga 15 ribu rupiah saja sudah bisa menikmati kopi juara dari lereng Gunung Kelir. Menu lainnya yang bikin tambah nikmat adalah jajanan ndeso peneman kopi. Ada singkong rebus, pisang goreng, ceriping, serta mendoan hangat. Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah
Baca Juga :