tuturnya menjelaskan motivasi dan landasan filosofi H. Achmad Bakrie membangun pabrik pipa. Sebab pada saat itu, sulit diprediksi bahwa pipa akan dibutuhkan.Kesederhanaan dalam kehidupan H. Achmad Bakrie membuat orang tertarik padanya, apalagi ditopang dengan kejujuran dan keseriusan dalam memperhatikan janji.[caption id="attachment_289089" align="aligncenter" width="1080"]
Tiga Generasi. H. Oesman Batin Timbangan (ayah) memegang tongkat berkopiah.H. Achmad Bakrie nomor 3 dari kiri belakang. Aburizal Bakrie duduk di pangkuan ibundanya (Hj. Roosniah Bakrie) (Foto Rumah Pusaka, Lampung)[/caption]Modal kepercayaan ini selalu menjadi perhatiannya dan melasanakannya dengan baik pula. H. Achmad Bakrie itu tepat waktu, ketika mengembalikan uang pinjaman. “Itulah sebabnya, beliau dikasih pinjam oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) ketika hendak membangun Talang Tirta.”
Kecintaan H. Achmad Bakrie pada ilmu lebih besar daripada harta. Kemampuan otodidaknya merupakan bukti konkret akan kecintaannya, apalagi ditambah dengan keberhasilan anak-anaknya dalam pendidikan. “Sebab Al Quran ngajarkan kita dalam doa, minta ilmu dulu, baru rezeki. Bukan rezeki baru ilmu,” tuturnya penuh semangat, menirukan ucapan almarhum. Orang yang berilmu itu bukan hanya dibutuhkan, tetapi sekaligus dihormati.
Baca Juga :