Saat Prabowo Memenuhi Undangan Presiden Jokowi Berkunjung ke Istana Presiden (Foto: ANTVklik/Dewa)[/caption]Sejatinya efek destruktif akibat persaingan elit politik di dua kali Pilpres itu bukan hanya polarisasi, tetapi juga fanatisme buta, kebencian berbasis identitas yang mengeras, dan narasi kampanye yang saling meniadakan.Pertanyaan terpentingnya, ke mana arah rekonsiliasi elit politik ini? Apakah rekonsiliasi ini berpotensi membawa kebaikan bagi bangsa ini ke depan?Memang, Jika politik tidak stabil, banyak konflik, apalagi sering terjadi huru-hara, tentu investor berpikir ulang jika mau berinvestasi.Selain itu, kalau elit sering berkonflik, regulasi juga tak ada kepastian. Inilah keunggulan Vietnam, juga saudara tuanya, Cina saat politik mereka stabil.[caption id="attachment_240809" align="aligncenter" width="900"]
Saat Prabowo Tiba di Istana Presiden Memenuhi Undangan Presiden Jokowi (Foto: ANTVklik/Dewa)[/caption]Pada situasi ini, Jokowi sadar betul, di samping regulasi dan birokrasi yang menjadi pengganjal, yang terpenting sebetulnya adalah stabilitas politik.Seperti halnya masa rezim Orde Baru, Jokowi juga menyadari bahwa stabilitas adalah kunci.Dan jika melihat polarisasi yang mengancam kehidupan berbangsa, rekonsiliasi elit politik ini harus dipandang positif asalkan dengan syarat tidak menjerumuskan bangsa ini dalam kemunduran demokrasi, pemberantasan korupsi, dan liberalisasi ekonomi yang tak terkendali.[caption id="attachment_240810" align="aligncenter" width="892"]
Beberapa hari terakhir Prabowp Subianto dan Presiden Jokowi sering bertemu (Foto: BPMI Setpres/Kris)[/caption]Saat pengumuman kabinet kerja jilid 2, pasti sudah bisa ditebak, ke arah mana bangsa ini akan berjalan dan seperti apa stabilitas politik yang akan terjadi.Kerukunan antar anak bangsa itu penting, namun yang lebih bisa menjaga stabilitas nasional hakikatnya bukanlah karena stabilitas politik semata, karena stabilitas politik dipengaruhi berbagai hal terkait nilai-nilai.