Salah satu puisinya yang sangat mengesankan berjudul Flamboyan. Isinya tentang bagaimana perasaan seorang prajurit dibuat tersentuh oleh bunga flamboyan yang bermekaran di halaman kampus.
Saat itu, di halaman Akademi Militer Nasional, Magelang, memang ditumbuhi banyak pohon flamboyan. Aku tersenyum membacanya. Sempat menarik kesimpulan, jangan-jangan ini ada hubungannya denganku, sebab rumahku di Cijantung beralamat di Jalan Flamboyan.
Yang membuatku terkesan, SBY memanggilku dengan sebutan Jeng Ani. Buatku itu adalah panggilan personal yang sangat mesra dan indah. Aku sangat menikmati panggilan sayangnya itu.
Selanjutnya, SBY bahkan juga bertandang ke rumahku di Cijantung. Ia dengan alasan hendak mengirimkan surat titipan dari Papi dan Ibu, akhirnya bisa melihat rumah bersejarah kami. Sulit dipungkiri bahwa pada akhirnya cinta kami terus menguat dan kian menguat.
Kami tidak bisa lagi mengatakan bahwa hubungan asmara ini hanya relasi yang biasa-biasa saja. Makin hari, SBY makin memperlihatkan cahayanya. Aku merasakan keyakinan yang kokoh.
Rasanya, SBY yang akan aku pilih menjadi suami. Hubungan melalui surat pun bertambah gencar. Aku kian bersemangat menunggu hari libur kuliah agar bisa ke Magelang dan sebaliknya.