Dua adik, Faidal Yuri dan istri, Nining, Fadlan, Ikhwan Azis, kemenakan Ade Festiany bersama anaknya, Gading, berada di sana. Saya menonton video suasana pemakamannya, yang mengharu biru. Boggart (Boga) putra sulung almarhum mengadzankan saat jenasah ayahnya di liang lahat. Tidak terasa airmata mata jatuh menetes menggarisi pipi.
Saya menelpon lagi kakak saya, Yunita Bintang, istri almarhum. Tapi tidak bisa lama. Saya tidak tahan karena dia masih terguncang, masih terus menangis sesenggukan.
Saya hanya titip pesan pendek. Supaya dia berusaha keras mengikhlaskan mendiang.
Begitulah takdir kematian atas manusia terjadi. Tidak seorang pun tahu kapan waktunya tiba. Dan tak siapapun juga juga mencegahnya apalagi menundanya.
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun.