Setelah prosesi adat Ngracik Tirta Perwitasari, Erina Gudono juga melakukan sungkem pada para ibu dan para sesepuh yang kemudian disambung dengan prosesi adat siraman.
“Ada tujuh orang yang akan ikut melakukan siraman, yaitu Sofiatun Gudono, kemudian GKR Hermas, GKBRAA Paku Alam, Siti Faridah Pratikno, dan tiga sesepuh lainnya,” jelasnya.
Dalam prosesi siraman Erina Gudono mengenakan kain batik Yogyakarta dengan motif Nogosari yang merupakan simbol dari kesetiaan.
“Mengenakan kain batik Yogyakarta motif Nogosari dan Grompol pas nanti potong rikma (rambut). Nogosari itu pohon di mana Dewi Sinta selalu berdoa kepada Tuhan semoga dipertemukan dengan Sri Rama Wijaya,” paparnya.
Selain itu, Erina Gudono juga memakai rangkaian bunga bermotif kawung yang menyimpan makna filosofis dalam budaya Jawa.
“Motif Kawung lambang dulur papat limo pancer. Artinya ketika dilahirkan dari rahim ibu ada kakang kawah, ada ari-ari, getih (darah) dan pusar yang menyertai kita selama hidup sampai mati dalam budaya Jawa,” tambahnya.