Bukan Air Biasa, Ini 7 Sumber Mata Air Perwitasari untuk Siraman Erina Gudono

Erina Gudono (Foto : Instagram @hepidavid)

Antv – Serangkaian prosesi adat jelang pernikahan Erina Gudono dan Kaesang Pangarep telah dimulai hari ini. Setelah tadi malam menggelar acara pengajian, pagi ini keduanya akan menjalani prosesi siraman.

Sebelum menginjak prosesi siraman, Ibu Gudono dan kedua kakak Erina menjalankan prosesi ngeracik Tirta Perwitasari dari tujuh sumber mata air berbeda.

Bukan sembarangan, tempat-tempat pengambilan sumber air tersebut dilakukan di tempat-tempat bersejarah kerajaan Mataram di Solo dan Yogyakarta, kota asal kedua mempelai.

Tujuh sumber air yang dimaksud adalah dari Masjid Panepen Kraton Yogyakarta, Ndalem Pura Pakualaman, Mangkunegaran, kediaman Bapak Presiden Joko Widono, kediaman Ibu Gudono, Masjid Raya Syeh Zayed Surakarta, dan air zam-zam yang diambil dari Tanah Suci Mekkah.

Makna Siraman Seperti yang Dijalani Kaesang-Erina. (Foto: Ilustrasi-Pixabay)

Prosesi peracikan air untuk siraman tersebut juga memiliki filosofi dan harapan yang mendalam bagi kedua mempelai dalam menjalani bahtera rumah tangga ke depannya.

“Air adalah lambang hidup dan kehidupan, air juga merupakan lambang ilmu dan pengetahuan. Tujuh dari kata pituduh, pitutur, pituwas, pitulungan, pitulus, pitukon, dan piturun. Dicampur dengan bunga setaman dengan harapan agar kedua mempelai selalu dalam sifat-sifat kautaman,” tutur Wigung Wratsangka selaku pranatacara atau pembawa acara.

Setelah prosesi adat Ngracik Tirta Perwitasari, Erina Gudono juga melakukan sungkem pada para ibu dan para sesepuh yang kemudian disambung dengan prosesi adat siraman.

“Ada tujuh orang yang akan ikut melakukan siraman, yaitu Sofiatun Gudono, kemudian GKR Hermas, GKBRAA Paku Alam, Siti Faridah Pratikno, dan tiga sesepuh lainnya,” jelasnya.

 
Erina Gudono. (Foto: Instagram @erinagudono)

Dalam prosesi siraman Erina Gudono mengenakan kain batik Yogyakarta dengan motif Nogosari yang merupakan simbol dari kesetiaan.

“Mengenakan kain batik Yogyakarta motif Nogosari dan Grompol pas nanti potong rikma (rambut). Nogosari itu pohon di mana Dewi Sinta selalu berdoa kepada Tuhan semoga dipertemukan dengan Sri Rama Wijaya,” paparnya.

Selain itu, Erina Gudono juga memakai rangkaian bunga bermotif kawung yang menyimpan makna filosofis dalam budaya Jawa.

“Motif Kawung lambang dulur papat limo pancer. Artinya ketika dilahirkan dari rahim ibu ada kakang kawah, ada ari-ari, getih (darah) dan pusar yang menyertai kita selama hidup sampai mati dalam budaya Jawa,” tambahnya.