Namun, lanjut Aan, pihak Al Zaytun menyatakan bahwa hal itu merupakan sebuah pilihan. Pasalnya, makruh bersifat abu-abu.
"Dan sholat Id itu sunah. Kenapa yang sunah harus dipermasalahkan?" kata Aan kembali menirukan ucapan pimpinan Mahad Al-Zaytun.
Sementara itu, mengenai adanya dua orang badal di samping imam, Aan menjelaskan, bahwa keduanya dipersiapkan untuk menggantikan imam.
Hal itu jika terjadi sesuatu pada imam, yang membuat imam tersebut tidak dapat meneruskan sholatnya.
Sedangkan mengenai adanya seorang laki-laki Nasrani yang ikut dalam barisan jamaah sholat Id, Aan menyatakan bahwa Mahad Al-Zaytun selama ini menerapkan moderasi yang sangat bagus.
"(Seorang Nasrani ditempatkan di barisan depan jamaah sholat) itu mungkin menghormati,"tutur Aan.
Lebih lanjut Aan menyatakan, Kemenag hanya bisa memberikan arahan dan tidak bisa memaksakan suatu paham atau ajaran yang diyakini kelompok tertentu. Selagi ajaran tersebut tidak menyimpang.
Dia mencontohkan, di Indonesia ada NU, Muhammadiyah, Persis, Al Wasliyah, Al Irsyad dan lainnya.
"Mereka muslim semua. Kita tidak bisa memaksakan dengan konsep pemahaman keagamaan mereka," tukas Aan.
Aan menambahkan, dalam pembicaraan tersebut juga sempat terlontar pernyataan dari pimpinan Mahad Al-Zaytun bahwa mereka akan membuat kejutan. Namun, kejutan tersebut bersifat positif.
"Tidak tahu apa. Katanya wait and see," pungkas Aan.