Di sisi lain, masyarakat pun tidak perlu repot beradaptasi dengan uang digital baru ini. Sebab, cara penggunaan eCNY tidak jauh berbeda dengan sistem pembayaran seluler atau kartu kredit secara umum.
Penggunaan eCNY dapat meningkatkan efisiensi dan memacu inovasi layanan keuangan di negaranya. Hanya saja, sejumlah pakar teknologi di China mengemukakan, mata uang digital turut berpeluang membuka bentuk baru pengawasan pemerintah dan kontrol sosial.
Jika dilihat, secara garis besar Yuan Digital kurang lebih sama halnya dengan apa yang ingin dilakukan oleh Bank Indonesia, BI pun turut menginisiasi transformasi pembayaran yang menjamin masyarakat untuk mampu bertransaksi dalam kondisi apapun.
Sebagai catatan, BI harus konsisten dan benar-benar serius bahkan hingga tahap edukasi setelah uang digital tersebut terbit.
Kalau kita belajar dari China, laporan transaksi eCNY menunjukkan pergerakan yang kurang signifikan. Bank Rakyat Tiongkok mencatat, aplikasi resmi eCNY memiliki 261 juta pengguna pada akhir 2021.
Dari situ, terdapat lebih dari CNY100 miliar (sekitar Rp215 triliun) telah berpindah tangan dalam total 360 juta transaksi eCNY per 31 Agustus lalu. Angka-angka itu termasuk jumlah kecil apabila dibandingkan dengan populasi dan kekuatan ekonomi China.
Penggunaan eCNY diperkirakan baru akan tumbuh signifikan setelah perluasan uji coba beberapa waktu ke depan rampung. Selama pertengahan 2022, pemerintah memperluas uji coba dengan menyasar kota-kota di Fujian, sebuah provinsi di pantai selatan China yang terkenal akan perdagangan internasionalnya.
Namun, respons penduduk setempat mengisyaratkan penolakan. Mereka tidak melihat urgensi untuk mencoba bentuk pembayaran digital yang baru. Pasalnya, sebagian besar dari mereka sudah terbiasa menggunakan layanan pembayaran seluler, seperti Alipay milik raksasa teknologi Alibaba dan WeChat Pay dari raksasa game dan sosial Tencent.
Perlu diketahui, masyarakat di kota-kota besar China umumnya telah beralih dari menggunakan uang tunai ke menggunakan Alipay dan WeChat Pay sejak beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan Daxue Consulting per akhir 2021, sekitar 64 persen masyarakat China telah menggunakan sistem pembayaran seluler. Untuk penduduk kota, angkanya mencapai 80%.
Mau sebagus apapun inisiasi dari BI, tetap saja edukasi dan pembentukan opini publik terhadap urgensi rupiah digital ini harus dilakukan jika tak mau kejadian yang sama seperti China juga terjadi di Indonesia. Sayangnya, itu hanya akan sia-sia jika tak diiringi dengan menyadarkan masyarakat akan program ini.