“Kita ingin supaya operasionalisasi dari NU mengurus urusan masyarakat ini dengan konkrit dan nyata. Supaya kita betul-betul hadir sebagaimana seharusnya imarah,” terang tokoh kelahiran Rembang 1966 itu.
Karenanya, jelas dia, kesadaran yang tengah dibangun kepada para kader NU adalah tanggung jawab kepada imarah bahwa NU bertanggung jawab kepada jamaah-jamaahnya dalam berbagai aspek.
“Kita ini sedang membangun sistem nasional laksana pemerintah. Nation system of government. Jika klaim kader itu urusan dakwah maka tanggung jawab kita kepada jamaah adalah tentang dunia perdakwahan. Begitu pun dengan klaim-klaim lainnya,” jelas Gus Yahya.
Sebab, baginya, kemaslahatan umat menjadi tanggung jawab bersama. Tujuan NU yang pokok adalah terwujudnya kemaslahatan umat, untuk kebaikan, memurnikan faham ajaran Islam sebagai pedoman ibadah kepada Allah SWT, yakni faham ahlussunnah wal jamaah, mencerdaskan ummat secara mandiri, dan menjalankan usaha memperoleh rizqi yang halal.
“Jadi, maslahat mereka menjadi tanggung jawab kita,” ujar kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah 56 tahun yang lalu itu.
Selanjutnya, tambah Gus Yahya, NU sebagai thariqah yang diwariskan dengan jaminan orang-orang yang secara estafet memegang sanad sampai Nabi Muhammad saw. Sanad yang terhubung itu harus dipraktikkan dan dirasionalisasikan ketersambungannya.
“NU sebagai thariqah untuk menjalani agama Islam. Maka kita harus menjalani agama ini dalam satu thariqah yang jelas. Sebab soalitu tidak bisa ngarang sendiri,” jelasnya. “Kita ikut NU ini karena kita hati-hati dalam soal agama sebagaimana peringatan, jangan sembarangan memilih (ajaran) agama,” tandas Gus Yahya.