Antv – Senin (17/10/2022), para instruktur nasional Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) dibaiat. Kepada mereka, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) memberi amanat. Mereka diingatkan bahwa sebagai jam'iyah keagamaan dan kemasyarakatan, NU harus dijalankan laksana penyelenggaraan pemerintahan.
“Kita harus mengoperasionalisasikan NU sebagai imarah,” kata Gus Yahya dalam acara yang dihadiri Rais Aam KH Miftachul Akhyar dan Wakil Ketua Umum H Nusron Wahid.
Acara pembaiatan ini bertajuk “Merawat Jagat Membangun Peradaban”. Baiat oleh Rais Aam dilakukan di Gedung PBNU, Jl Kramat Raya 164 Jakarta.
Gus Yahya menegaskan pentingnya semua langkah yang dapat memastikan bahwa semua kader PMKNU dapat memahami NU secara akurat dan menyeluruh.
Eksistensi NU, lanjut eks Jubir Presidem Gus Dur itu, harus bisa menjadi solusi bagi bermacam persoalan yang dihadapi oleh umat dan masyarakat.
"NU ini harus kita pahami dengan akurat. Dipahami seluruhnya, fungsinya, dan kedudukannya di tengah-tengah umat dan masyarakat harus menjadi solusi,” harap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini.
NU, lanjutnya, harus dipahami sebagai sebuah wujud yang utuh sebagaimana diinginkan para muassis Nahdlatul Ulama.
Untuk menggambarkan NU, lanjur Gus Yahya, setidaknya ada tiga hal yang menurutnya harus dipahami oleh para kader tentang NU, yakni NU sebagai imarah, ri'ayah, dan thariqah.
“Pertama, NU ini adalah imarah, yaitu bahwa NU ini adalah entitas aktor yang memegang urusan orang banyak. Ini termasuk kategori ulil amri (pemerintah),” tutur Gus Yahya.
“Saat ini NU sedang berusaha mengembangkan makna imarahnya secara lebih substansial dan luas jangkauannya,” sambung dia.
Kedua, lanjut dia, NU sebagai ri'ayah yang bertugas mengayomi dan memelihara umat. Ri'ayah menegaskan bahwa kehadiran NU sebagai imarah itu memiliki peran dan tujuan yang jelas dalam mengurusi urusan umat dan masyarakat.
“Kita ingin supaya operasionalisasi dari NU mengurus urusan masyarakat ini dengan konkrit dan nyata. Supaya kita betul-betul hadir sebagaimana seharusnya imarah,” terang tokoh kelahiran Rembang 1966 itu.
Karenanya, jelas dia, kesadaran yang tengah dibangun kepada para kader NU adalah tanggung jawab kepada imarah bahwa NU bertanggung jawab kepada jamaah-jamaahnya dalam berbagai aspek.
“Kita ini sedang membangun sistem nasional laksana pemerintah. Nation system of government. Jika klaim kader itu urusan dakwah maka tanggung jawab kita kepada jamaah adalah tentang dunia perdakwahan. Begitu pun dengan klaim-klaim lainnya,” jelas Gus Yahya.
Sebab, baginya, kemaslahatan umat menjadi tanggung jawab bersama. Tujuan NU yang pokok adalah terwujudnya kemaslahatan umat, untuk kebaikan, memurnikan faham ajaran Islam sebagai pedoman ibadah kepada Allah SWT, yakni faham ahlussunnah wal jamaah, mencerdaskan ummat secara mandiri, dan menjalankan usaha memperoleh rizqi yang halal.
“Jadi, maslahat mereka menjadi tanggung jawab kita,” ujar kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah 56 tahun yang lalu itu.
Selanjutnya, tambah Gus Yahya, NU sebagai thariqah yang diwariskan dengan jaminan orang-orang yang secara estafet memegang sanad sampai Nabi Muhammad saw. Sanad yang terhubung itu harus dipraktikkan dan dirasionalisasikan ketersambungannya.
“NU sebagai thariqah untuk menjalani agama Islam. Maka kita harus menjalani agama ini dalam satu thariqah yang jelas. Sebab soalitu tidak bisa ngarang sendiri,” jelasnya. “Kita ikut NU ini karena kita hati-hati dalam soal agama sebagaimana peringatan, jangan sembarangan memilih (ajaran) agama,” tandas Gus Yahya.