Kisah Kuda Lumping Terguling dari Gebyar Lapangan jadi Ambyar ke Jalanan

Kisah Kuda Lumping Terguling dari Gebyar Lapangan jadi Ambyar ke Jalanan (Foto : )

Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Kembali ke perempatan jalan lingkar Ambarawa. Traffick light menyala merah. Waktunya penari "ngaspal" mengikuti irama gamelan yang monoton begitu-begitu saja. Tanpa tembang. Tanpa suluk. Toh melantunkan tembang pun tak terdengar. Sebentar saja tariannya karena berkejaran dengan lampu hijau.Setengah menit menari, setengah menit muter berharap niat baik pengendara. Terus begitu setiap perubahan lampu. Kadang sekali muter dapat lumayan, tapi kadang juga dapat sedikit. Bahkan zonk . Tapi ia dan penabuh gamelan tetap harus tersenyum. Karena itu bagian dari modal."Ndak enak juga kalau menari sambil merengut kan. Kita tetap coba profesional. Atribut yang kita pakai itu benar-benar pakaian kuda lumping beserta riasan juga. Kita nggak mau seperti penari dadakan yang asal-asalan ngamen," tandasnya.[caption id="attachment_379708" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Begitulah. Sejak sepinya tanggapan mereka harus turun ke jalan. Bukan untuk segepok uang, tapi untuk berburu recehan.Belum tahu, apakah profesi seperti mereka masuk dalam bantuan dampak pandemi. Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah