disebut trance .Itulah daya tarik paling kuat dari seni jathilan sehingga bisa menyedot banyak penonton. Di desa seni jathilan bahkan bisa menyaingi pentas dangdut lokal untuk ukuran jumlah penonton. Ndadi adalah istilah yang sering digunakan masyarakat di Jawa Tengah ketika penari jathilan tiba-tiba bergerak tidak karuan, jatuh berguling-guling lalu tiba-tiba berdiri dan menari tapi dengan pandangan yang kosong. Gerakannya liar. Kerasukan. Trance.Menariknya, penonton justru terhibur meski kadang penari berlari secara tiba-tiba ke arah mereka. Teriakan ketakutan bercampur puas merebak dari kerumunan penonton.Dan penari pun melanjutkan aksi tanpa sadar tapi tetap mengikuti irama gamelan. Bola matanya bulat penuh tepat di tengah. Melotot.Puncaknya, penari atau yang merasukinya bisa marah jika minta sesuatu tak dituruti. Permintaan paling moderat adalah bunga atau bahan makanan sesaji pun jajan pasar.Tapi yang paling ekstrim adalah mereka minta pecahan kaca atau benda tajam. Ngerinya, kalau itu semua dituruti dan dimakan beneran!Saya yang beberapa kali nonton beginian ikut mules. Bahkan pernah juga menyaksikan penonton muntah karena tak kuat melihatnya.Itu terjadi di lapangan Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Semarang. Bayangkan, bola lampu neon dipecah lalu dikunyah. Semprong lampu minyak tak luput pula jadi santapan. Herannya, tak ada luka atau darah keluar dari mulut mereka. Lalu mereka minta minum berupa air kembang. Walaaah ... entah apa yang merasukimu?!Pawang berada di pinggir arena. Ada beberapa
Misteri Jathilan, Kemana Pecahan Kaca yang Mereka Makan?
Minggu, 26 Juli 2020 - 12:17 WIB
Baca Juga :