Dalam hidup keseharian, H. Achmad Bakrie memunculkan profil sebagai seorang seniman. Artinya, selain memang menggandrungi benda dan karya seni, juga dalam mengutarakan pikiran, gagasan, dan perhatiannya pada keluarga. Pendek kata, perilaku dalam berinteraksi, berkomunikasi dan berekspresi mencerminkan sikap seorang seniman. Kesan itu sulit dibantah, sebab yang mengungkapkannya adalah orang paling dekat almarhum - Ibu Hj. Roosniah Bakrie.Tampaknya juga tidak berlebihan, melihat kurun waktu hidup dalam ikatan perkawinan selama hampir 43 tahun. Ibu Hj. Roosniah Bakrie yang dilahirkan pada 17 juni 1926 di Pangkalan Berandan (Sumut) dari pasangan H. Achmad Nasution dan H. Halimatusa’diah ini menikah dengan pemuda H. Achmad Bakrie di Jakarta pada 17 November 1945.Selama mengarungi bahtera rumah tangga, ibu Roos, begitu ia biasa dipanggil, tidak menafikan bahwa perbedaan pendapat dengan suaminya adalah wajar dan manusiawi. Tetapi “kesenimanan” H. Achmad Bakrie sebagai suami dan (tentunya) diimbangi “keseniwatian” ibu rumah tangga ini, sehingga problema serumit apapun senantiasa terpecahkan secara bijaksana.Umpamanya dalam hal mendidik anak. Mereka “mengharamkan” bertengkar di depan anak-anak. Padahal konsep mendidik anak pada dasarnya antara suami dan istri terdapat perbedaan “setebal kulit bawang dan setipis helai rambut.”[caption id="attachment_291847" align="aligncenter" width="900"]
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Lebih Terkesan Seniman
Jumat, 13 Maret 2020 - 09:00 WIB
Baca Juga :