“Dulu bilang ndakik-ndakik (bicaranya besar), bilang bank dari Swiss dari apa Esa Monetary Fund di Swiss,” ujar Kohar.Pengikut bisnis investasi ini kebanyakan orang tua. Salah satu alasan untuk menyerahkan uang adalah untuk perdamaian dunia.“Orangnya (anggota) menyerahkan sejumlah uang kalau tidak salah. Menyerahkan duit untuk perdamaian dunia nanti akan dapat dollar dari lembaga Swiss kalau tidak salah seperti itu,” ungkap Kohar.Lebih lanjut Kohar menjelaskan, berita soal investasi tersebut tidak bertahan lama. Memang sempat muncul kabar investasi tersebut bodong, tetapi pada kenyataannya tidak ada pihak yang melapor sehingga berita itu pun menguap begitu saja.“Itu nggak ada follow up. Berita sekali itu, follow up dua tiga kali dan tidak ada kelanjutannya. Hilang begitu saja karena juga tidak ada yang lapor polisi. Makanya kasusnya hilang dan hanya jadi sensasi sesaat,” papar Kohar.Ditambahkan oleh seorang mantan jurnalis lain di Yogyakarta yang enggan disebutkan namanya juga masih ingat setiap anggota membayar sejumlah uang per bulan. Tapi dia tidak tahu berapa jumlah yang akan diperolehnya.“Dulu sih belum ada korban karena kan baru asal join orang-orang. Belum ada pengumpulan uang pas itu,” ucapnya.
Inilah Rekam Jejak Totok, Sang Raja Keraton Agung Sejagat
Rabu, 15 Januari 2020 - 00:50 WIB
Baca Juga :