HIDUNG dalam Sastra dan Filsafat Mistik

HIDUNG dalam Sastra dan Filsafat Mistik (Foto : )

sanepa (kiasan) tentang ilmu kesejatian. Bima mampu menemukannya. Dua raksasa itu mampu ditaklukkannya. Namun, air kehidupan tak jua ditemukannya.Bima akhirnya pasrah. Bersandar pada pohon beringin. Tiba-tiba terdengar suara Bathara Indra dan Bayu. Bima diperintahkan pulang ke Hastinapura. Bima menemui Drona. Memerintahkan Bima untuk menyelami Samudera Raya. Bima kembali bergegas pergi..Pada ujian kedua ini, Bima berbekal ilmu kesaktian aji Jalasegara yang didapatnya dari Bathara Bayu. Bima sanggup bernafas di dalam air. Di dasar samudera raya sesosok naga raksasa menghadangnya. Naga melilit Bima. Menyemburkan bisa bagai hujan badai. Bima mengatasi panik. Kuku Pancanaka miliknya ditancapkan di badan naga. Mati!Seisi samudera bergembira. Dewa Ruci menemuinya. Kerdil! Ukurannya tidak lebih dari telapak tangan Bima. Lebih mengejutkan karena wajah Dewa Ruci menyerupai dirinya. Apalagi, Dewa Ruci memerintahkan Bima masuki ke telinga kiri Dewa Ruci! Perintah yang mustahil! Namun, Bima yakin dan berhasil masuk ke telinga dewa kerdil itu. Ada dunia yang maha luas di sana. Dewa Ruci mengatakan bahwa Air Kehidupan berada di dalam diri manusia itu sendiri.Alur lakon Dewaruci adalah simbolisasi tahapan-tahapan meditasi. Lalu apa hubungannya dengan hidung? Pancaran Data Wajah