atau biasa disebut oleng berlebihan. Dengan teknologi yang dimiliki, N250 dipersiapkan mampu bertahan selama 30 tahun sejak awal peluncuran.IPTN yang sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia atau PTDI awalnya berencana membuat empat prototipe pesawat N250. Namun akhirnya hanya membuat dua prototipe. Prototipe pertama diberi nama Gatotkaca dan prototipe kedua diberi nama Krincing Wesi.Namun saat masih menjalani proses sertifikasi, proyek N250 akhirnya dihentikan pada 1998 atas permintaan Dana Moneter Internasional atau IMF. Padahal pesawat Gatotkaca sudah mengantungi 900 jam terbang dan akan memasuki sertifikasi otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat atau FAA. Kini kedua pesawat itu masih parkir di areal PTDI entah sampai kapan.
Visi Habibie Terbukti
Sekarang visi Habibie terbukti. Indonesia memang butuh banyak pesawat sekelas N250. Ini terbukti dari jumlah pesawat ATR 72 yang dipakai sejumlah maskapai Indonesia saat ini.Hingga tahun lalu, Lion Air Group mengoperasikan 60 pesawat ATR 72 seri 500/600. Sedangkan Garuda Indonesia Group mengoperasikan 17 armada sejenis. Ini belum termasuk beberapa maskapai lain yang beroperasi di Indonesia.Bahkan seperti dilansir Kompas, pejabat pemasaran ATR di Singapura menyebut, Indonesia memiliki jumlah armada (ATR) terbesar di Asia Pasifik. Jumlahnya mendekati 100 pesawat.Ah, seandainya, visi Habibie terwujud. Seandainya N250 jadi diproduksi negeri ini.Baca juga:
Baca Juga :