BJ Habibie dikenal memiliki visi jauh ke depan. Salah satu produk rancangannya, pesawat N250 diklaim akan mampu merebut pasar dunia karena diperkirakan tingginya permintaan pesawat jenis itu. Perkiraan Habibie akhirnya terbukti sekarang.
Saat diluncurkan pada 1995, Pesawat N250 diklaim sebagai pesawat paling canggih di kelasnya pada masanya. Dengan menyandang huruf N di awal nama pesawat yang berarti Nusantara, nama pabrik pembuatnya, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Sedangkan 250 berarti pesawat ini bermesin dua dan berpenumpang 50 orang.
Pesawat bermesin turboprop ini memang dirancang Habibie untuk penerbangan regional, yang sesuai dengan wilayah Indonesia. Memang N250 memang tidak sendirian di pasar pesawat komuter dunia. Saat itu ada pesawat British Aerospace ATP asal Inggris, Fokker 50 dari Belanda dan ATR 72 buatan Italia bersama Perancis yang dianggap sekelas dengan N250.
Gunakan Teknologi Terkini
Namun pesawat-pesawat itu masih menggunakan teknologi lama. Sedangkan N250 sudah menggunakan teknologi fly by wire. Fly by wire adalah teknologi kendali pesawat lewat sistem komputer. Penggunaan teknologi fly by wire pada N250 merupakan yang pertama diterapkan pada pesawat turboprop. Bahkan untuk pesawat jet saja, baru beberapa jenis pesawat yang menggunakan teknologi itu.
[caption id="attachment_228844" align="alignnone" width="300"]
Sudah berumur 24 tahun, pesawat N250 masih terlihat mulus (ANTV/Jhon H)[/caption]
Pesawat N250 yang memiliki kecepatan terbang maksimal 610 km per jam telah melewati tes tanpa mengalami
dutch roll atau biasa disebut oleng berlebihan. Dengan teknologi yang dimiliki, N250 dipersiapkan mampu bertahan selama 30 tahun sejak awal peluncuran.
IPTN yang sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia atau PTDI awalnya berencana membuat empat prototipe pesawat N250. Namun akhirnya hanya membuat dua prototipe. Prototipe pertama diberi nama Gatotkaca dan prototipe kedua diberi nama Krincing Wesi.
Namun saat masih menjalani proses sertifikasi, proyek N250 akhirnya dihentikan pada 1998 atas permintaan Dana Moneter Internasional atau IMF. Padahal pesawat Gatotkaca sudah mengantungi 900 jam terbang dan akan memasuki sertifikasi otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat atau FAA. Kini kedua pesawat itu masih parkir di areal PTDI entah sampai kapan.
Visi Habibie Terbukti
Sekarang visi Habibie terbukti. Indonesia memang butuh banyak pesawat sekelas N250. Ini terbukti dari jumlah pesawat ATR 72 yang dipakai sejumlah maskapai Indonesia saat ini.
Hingga tahun lalu, Lion Air Group mengoperasikan 60 pesawat ATR 72 seri 500/600. Sedangkan Garuda Indonesia Group mengoperasikan 17 armada sejenis. Ini belum termasuk beberapa maskapai lain yang beroperasi di Indonesia.
Bahkan seperti dilansir Kompas, pejabat pemasaran ATR di Singapura menyebut, Indonesia memiliki jumlah armada (ATR) terbesar di Asia Pasifik. Jumlahnya mendekati 100 pesawat.
Ah, seandainya, visi Habibie terwujud. Seandainya N250 jadi diproduksi negeri ini.
Baca juga: