Namun, era pasca-pengetahuan menuntut tingkat kemampuan beradaptasi dan ketahanan yang lebih tinggi. Ketika ekonomi Asia Timur menjadi lebih saling terhubung, bisnis di kawasan ini mulai dipengaruhi oleh kekuatan domestik dan internasional, untuk membentuk strategi operasional mereka.
Pemimpin dan manajer harus memasukkan kecerdasan emosional ke dalam metode kepemimpinan mereka untuk secara efektif menavigasi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi untuk mendorong perubahan yang memiliki dampak dan menginspirasi tim.
Para pemimpin modern sekarang harus memiliki tujuan yang mendalam, hasrat yang tak tergoyahkan, dan kemampuan untuk berempati dengan karyawan dan pelanggan mereka.
Di era ini, membuat keputusan yang diperhitungkan membutuhkan lebih dari sekedar analisis data. Kesadaran emosional memainkan peran integral dalam memahami dan memanfaatkan data secara efektif.
Pemimpin dengan kecerdasan emosional yang tinggi dapat memetakan dengan jelas apabila ada gesekan atau konflik dalam organisasi mereka, mengantisipasi potensi tantangan, dan memahami dampak keputusan mereka terhadap perusahaan mereka.
Dengan menggabungkan kesadaran emosional dan analisis rasional, pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional dapat membuat keputusan optimal yang berhubungan dengan tenaga kerja dan pemangku kepentingan mereka.
Pemimpin yang memahami pentingnya kecerdasan emosional dapat mengembangkan budaya inovasi dengan pengambilan risiko, menerima kegagalan sebagai peluang untuk berkembang, dan menghargai kreatifitas. Mereka menciptakan lingkungan di mana tenaga kerja merasa diberdayakan untuk bereksperimen, berbagi ide, dan mengganggu status quo.