Catatan Ilham Bintang: Rezeki Anak Soleh di Masjid Al Mujahidin

Catatan Ilham Bintang: Rezeki Anak Soleh di Masjid Al Mujahidin
Catatan Ilham Bintang: Rezeki Anak Soleh di Masjid Al Mujahidin (Foto : Istimewa)
 

Sederhana  saja saya menerjemahkan Lailatul Qadar. Yaitu suasana hati yang nyaman bahagia setiap kali dapat menyelesaikan satu masalah.Namun, saya menyadari itu berkat keterlibatan  Allah SWT secara langsung mengurai  masalah. Seperti saat bukber  di masjid Al Mujahidin
tadi. 

Saya menganggap itu semacam mendapat Lailatul Qadar.  Subyektif memang. Tapi bukankah Lailatul Qadar memang bukanlah suatu keadaan yang bisa dirasakan secara kolektif, seperti menghadapi hujan. Rasa itu akan berbeda- beda dialami tiap individu. Bayangkan Lailatul Qadar yang asli yang diperoleh dari usaha sungguh-sungguh dengan beriktikaf di masjid 10 malam Ramadhan terakhir.
 
Lailatul Qadar adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, yang dalam Al-Qur'an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surah Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Qur'an.
 
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan: "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beriktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan dia bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
 
Sudah menjadi pengetahuan umum,  Lailatul Qadar kemungkinan akan "diwujudkan" oleh Allah pada malam ganjil, tetapi mengingat umat islam memulai awal puasa pada hari atau tanggal yang berbeda, maka umat islam yang menghendaki untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dapat "mencarinya" setiap malam di masjid- masjid