Antv – Seorang profesor dari Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat, Andrew Marks, mengungkap bahwa penyintas COVID-19 memiliki peluang lebih besar untuk mengalami penyakit jantung yang mematikan.
Hal itu terkait dengan studi yang mengungkap bahwa infeksi COVID-19 meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke sebesar 55 persen.
Tidak hanya itu, mereka juga diklaim lebih mungkin mengalami masalah jantung lainnya termasuk detak jantung tidak teratur dan miokarditis (radang otot jantung).
"Dan dokter harus mewaspadai perubahan jantung terkait infeksi COVID-19 dan harus mencarinya. Kami ingin benar-benar mencari tahu apa yang menyebabkan penyakit jantung dan bagaimana cara memperbaikinya," kata Marks, dikutip dari The Sun pada Senin, 20 Februari 2023.
Di sisi lain, data terbaru menunjukkan infeksi COVID-19 di Inggris melonjak seperlima menjadi 1,1 juta pada hari tertentu dalam seminggu hingga 7 Februari 2023.
Sementara kekebalan dari vaksinasi dan infeksi alami berarti lebih sedikit orang yang menderita gejala parah COVID-19, dengan angka rawat inap menembus 900 pada 13 Februari dan terus meningkat.
Para ahli telah lama mengkhawatirkan virus tersebut dapat menyebabkan masalah pada jantung, dengan penelitian yang menunjukkan bahwa virus tersebut dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh sendiri menyerang sel-sel sehat di otot.
Pasien dengan gejala parah COVID-19 juga mendapatkan lebih sedikit oksigen dalam aliran darahnya, memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan berisiko gagal jantung.
Studi terbaru itu dipresentasikan pada Pertemuan Masyarakat Biofisik Tahunan ke-67 di San Diego, California.
Dalam studi itu, dijelaskan bahwa peneliti mempelajari jaringan jantung pada pasien COVID-19 yang meninggal karena virus. Jantung pasien memiliki tingkat peradangan yang lebih tinggi dan kadar kalsium yang tidak stabil, yang diperlukan agar otot dapat berkontraksi.
"Ketika jantung memiliki terlalu sedikit kalsium, dapat menyebabkan gagal jantung dan detak jantung tidak teratur," ujarnya.
Peneliti juga mengamati tikus yang terinfeksi COVID-19 untuk melihat bagaimana perubahannya dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki virus. Mereka mengukur pembekuan darah, penumpukan kolagen, menunjukkan kerusakan, dan juga kematian sel jantung.
"Tikus yang terinfeksi memiliki penanda kardiomiopati, penyakit otot jantung yang dapat mempersulit jantung untuk memompa darah ke tubuh dan dapat menyebabkan gagal jantung," tandasnya.