Putuskan tinggalkan Sorowako
Irin tidak sia-sia memutuskan meninggalkan dunia kerja formal selepas kuliah demi merengkuh passionnya pada dunia fesyen.Lulus dari Fakultas Kehutanan IPB tahun 2008, Istafiana Candarini sempat bekerja setahun di perusahaan pertambangan nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan. Namun, ia tidak sanggup bertahan lama berada di kota Kabupaten Luwu Timur yang hanya berpenduduk 22 ribu jiwa.
Meski perusahaan PT Vale Tbk tempatnya bekerja adalah perusahaan besar, penghasil nikel terbesar di Indonesia. Selama di Sorowako ia merasa seperti sedang bertapa. Maka, Irin putuskan balik ke Ibu Kota.
Setelah di Jakarta ia mendiskusikan rencana terjun ke dunia fesyen dengan sahabatnya semasa SMA yaitu Karina, jebolan Desain Komunikasi Visual Bina Nusantara. Kebetulan Karin sudah lebih dulu menekuni produksi aksesoris. Setelah perencanaannya matang, bertiga dengan adiknya, Afina, jebolan Accounting University of Malaya, Kuala Lumpur, mereka pun memutuskan terjun total ke dunia fesyen.
"Waktu SMP dan SMA saya memang sudah tertarik mendesain baju, tapi masih sebatas untuk dipakai kalau ada teman ulang tahun," cerita Ibu tiga anak itu.
Tahun 2010 bertepatan dengan berkembangnya komunitas Hijabers Community mereka mulai mengenalkan scarf fashion yang sangat diminati hijabers muda di Indonesia waktu itu.
"Salah satu aksesoris yang booming masa itu adalah scarf kaos. Semula itu ditujukan untuk dililitkan di leher, ternyata customer Kami melihatnya sebagai hijab. Nah dari situ mulailah perjalanan Kami sebagai pelopor brand modest di Indonesia," kenang Irin.