Antv – Menurut terminologi dalam Islam, munafik adalah merujuk pada seseorang yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam tetapi sebenarnya hati mereka memungkirinya.
Hal itu juga diungkap pada salah satu surah di dalam Al-Quran yang berbunyi:
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah", dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Surah Al-Munafiqun 63:1-3)."
Sementara bagaimana menurut penjelasan Buya Yahya terkait ciri-ciri orang munafik? Melansir dari YouTube Al-Bahjah TV, simak penjelasannya di bawah ini.
Terdapat salah satu yang bertanya kepada Buya Yahya apakah seseorang yang memiliki rasa benci tapi masih baik di depan orang yang dibenci termasuk suatu hal yang munafik atau tidak.
Buya Yahya pun menjawab berdasarkan pengertian darinya, menurutnya seseorang yang munafik itu beriman secara lahir namun batinnya yang kafir. Ia juga mengatakan bahwa orang yang munafik hanya bisa dilihat oleh Allah SWT.
"Definisi munafik sesungguhnya adalah beriman secara lahir tapi batinnya yang masih kafir. kaum munafikin dan itu yang tahu hanya Allah dan anda pun tidak boleh mengatakan si Fulan munafik karena yang tahu hanya Allah," ucap Buya Yahya.
Pendakwah Buya Yahya juga mengatakan jika nabi memang memberikan tanda-tanda mengenai seseorang yang munafik. Namun hal tersebut belum tentu dikatakan sebagai munafik, bisa jadi merupakan suatu hal yang lainnya.
"Tapi kita nggak boleh mengatakan munafik tapi nabi memberikan tanda-tanda saja si bohong penghianat itu munafik. tanda-tanda tapi belum tentu munafik, ilmu kemunafikan yang diajarkan nabi itu maksudnya bukan ke sana hamba Allah ini salah kaprah kita ini," ungkapnya.
Namun ketika kita memiliki rasa kesal atau dendam kepada seseorang, hal itu adalah salah satu urusan pada hati kita. Lebih baiknya ketika sedang dalam suasana hati yang kesal, baiknya untuk mendoakan seseorang tersebut. Karena perbuatan baik yang dilakukan merupakan amal yang nantikan akan berbicara sebagai bahan pertimbangan amal.
"Adapun yang ditanyakan bagaimana saya masih marah dengan dia, marah karna urusan hatimu. tapi saya berperan seperti yang Buya sampaikan harus kita mendoakan doa yang baik, saya berperan baik. perilaku zahirmu manusia itu dalam beramal adalah lahir ada batin, amal ya kalau urusan iman mah nggak. iman lahir dan batin. orang mengatakan tidak percaya nabi muhammad biarpun hatinya ngomong apa," ucap pendakwah Buya Yahya.
"Tapi amal itu semua anggota tubuh kita punya amal, lisan kita punya amal sehingga zikir itu biarpun tidak khusyuk, khusyuk kan amal dengan hati anda dzikir dengan lisan anda nggak khusyuk dapat pahala lisan, maka jangan tidak berpikir gara-gara tidak khusyuk," jelasnya.
Buya Yahya juga menjelaskan jika ingin berbuat baik, jangan menunggu dendam terobati. Sebab, apabila memiliki keinginan untuk berbuat baik namun masih dendam hal itu bukan sebuah kemunafikan.
"Ada dendam di dalam hati saya ingin obati tapi belum sembuh, ya jangan nunggu sembuh dong kalau mau berbuat baik dengan dia. oh saya marah benci kepada dia saya kirim uang besok hari. Dapat pahala atau gak? dapat pahala bukan munafik," imbuhnya.
"Anda mengakui di hati anda masih ada benci tapi anda tetap berbuat baik. Ini jangan salah gara-gara itu loh jangan munafik. itu bukan munafik justru anda ingin memangkas sesuatu di dalam hati yang tidak baik agar tidak sampai ke amal dhohir kita punya dendam punya iri. mungkin manusia siapa yang nggak punya iri cuman kemenangan kita adalah memerangi itu semuanya," pungkas Buya Yahya menjelaskan lebih lanjut.