"Definisi munafik sesungguhnya adalah beriman secara lahir tapi batinnya yang masih kafir. kaum munafikin dan itu yang tahu hanya Allah dan anda pun tidak boleh mengatakan si Fulan munafik karena yang tahu hanya Allah," ucap Buya Yahya.
Pendakwah Buya Yahya juga mengatakan jika nabi memang memberikan tanda-tanda mengenai seseorang yang munafik. Namun hal tersebut belum tentu dikatakan sebagai munafik, bisa jadi merupakan suatu hal yang lainnya.
"Tapi kita nggak boleh mengatakan munafik tapi nabi memberikan tanda-tanda saja si bohong penghianat itu munafik. tanda-tanda tapi belum tentu munafik, ilmu kemunafikan yang diajarkan nabi itu maksudnya bukan ke sana hamba Allah ini salah kaprah kita ini," ungkapnya.
Namun ketika kita memiliki rasa kesal atau dendam kepada seseorang, hal itu adalah salah satu urusan pada hati kita. Lebih baiknya ketika sedang dalam suasana hati yang kesal, baiknya untuk mendoakan seseorang tersebut. Karena perbuatan baik yang dilakukan merupakan amal yang nantikan akan berbicara sebagai bahan pertimbangan amal.
"Adapun yang ditanyakan bagaimana saya masih marah dengan dia, marah karna urusan hatimu. tapi saya berperan seperti yang Buya sampaikan harus kita mendoakan doa yang baik, saya berperan baik. perilaku zahirmu manusia itu dalam beramal adalah lahir ada batin, amal ya kalau urusan iman mah nggak. iman lahir dan batin. orang mengatakan tidak percaya nabi muhammad biarpun hatinya ngomong apa," ucap pendakwah Buya Yahya.
"Tapi amal itu semua anggota tubuh kita punya amal, lisan kita punya amal sehingga zikir itu biarpun tidak khusyuk, khusyuk kan amal dengan hati anda dzikir dengan lisan anda nggak khusyuk dapat pahala lisan, maka jangan tidak berpikir gara-gara tidak khusyuk," jelasnya.
Buya Yahya juga menjelaskan jika ingin berbuat baik, jangan menunggu dendam terobati. Sebab, apabila memiliki keinginan untuk berbuat baik namun masih dendam hal itu bukan sebuah kemunafikan.