Hal tersebut jadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia serta memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran serta semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib untuk kaum perempuan.
Di Kongres Perempuan Indonesia I menjadi agenda utama, mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan yang lainnya.
Sementara itu, banyak hal besar yang diagendakan tapi tanpa mengangkat masalah kesetaraan gender, para pejuang perempuan tersebut menuangkan pemikiran kritis serta upaya amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan.
Kemudian, di bulan Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II, di dalam konggres tersebut dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) serta menentang perlakuan tak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.
Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan di dalam Kongres Perempuan Indonesia III di tahun 1938. Puncak peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke-25 pada tahun 1953.