Antv – Untuk menikmati seni, kita tak perlu mampu melakukan seni itu sendiri. Selama ada telinga yang bisa mendengar, mata yang melihat, dan mulut yang bisa berkata-kata sesungguhnya kita bisa berseni.
"Setiap bunyi-bunyian, gerakan dan suara adalah unsur seni. Saat kita bisa melakukan semuanya kita sudah berseni," Demikian Eko Balung, seorang musikus idealis, dan dosen seni Yogyakarta berpendapat di sela-sela acara The Temons Berkesenian.
Adalah The Temons, sebuah tempat yang sangat jawa dan eksotis di desa Temon, jalan Temon Gawar, Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Letaknya diantara hamparan sawah dan ladang khas tanah Jawa.
The Temons adalah tempat tinggal, namun didedikasikan juga sebagai gallery dan tempat berkesenian oleh pemiliknya yang menyukai seni musik, seni lukis dan seni tradisional Jawa.
Sang pemiliknya, Irvan, juga seorang kolektor ribuan piringan hitam lawas; ratusan barang antik, puluhan lukisan dan belasan motor dan mobil tua. Semuanya dia kumpulkan dan ada di The Temons yang mirip sebuah padepokan bangsawan Jawa zaman dulu.
Di atas tanah seluas 3000 meter lebih itu, ada 5 bangunan berbentuk joglo dan pendopo yang diperuntukan untuk gallery seni, pentas seni, diskusi seni, serta tempat tinggal pemilik dan tamu yang menginap.
Sebut saja misalnya Titik Hamzah-Dara Puspita, drummer kenamaan Budi Haryono, keyboardist Adi Andrian KLA Project, Eko Balung, pemain biola mumpuni, dan Kadri Muhammad, pengacara korporate yang vokalis progressive rock.
Seru dan magis, karena pentas sempat ditingkahi dan diwarnai guyuran hujan. Mereka beraksi dibawah panji Makara Band dan Anteng Kitiran.
Sementara drummer Budi Haryono yang diantaranya pernah bergabung dengan Karakatau Band dan Gigi, masih garang menggebuk dan menghentak setiap lagu yang ia iringi. Tak ketinggalan Adi KLA yang dingin, selalu memikat saat menyentuh keyboard-nya.
"Ini hanyalah sekedar ekspresi, aktualiasi, dan apresiasi kepada para seniman yang kebetulan sahabat dan teman-teman saya. Saya penyuka dan penikmat seni, walau saya tidak bisa berkesenian seperti mereka," ucap Irvan merendah. Padahal acara yang dia gagas justru punya nilai penghargaan yang luar biasa buat para pemusik dan seniman.
Pengunjung yang hadir memang didominasi seniman musik tradisional, mahasiswa seni, pelukis dan kolektor barang antik yang tinggal di Yogyakarta.
Ke depan, Irvan yang juga seorang pengusaha tambang, berkeinginan rutin menggelar acara serupa di The Temons. Apa pun jenis seninya, dia akan ladeni dan fasilitasi. Apalagi ada dukungan sponsor alias tidak melulu modal sendiri.
"Insya Allah 3 bulan sekali akan saya gelar acara berkesenian di sini. Ini adalah rumah seniman apapun di Yogyakarta dan nasional kalau perlu. Apalagi daerah Temon-Sleman ini ber-label desa wisata. Saya menunjang dan mendukung setiap programnya," pungkas Irvan usai acara.
Rekaman acara pentas musik The Temons Berkesenian rencananya akan tayang di ANTV Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dua pekan lagi dan berdurasi 1 jam.