Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Tari kubro siswo berkembang di wilayah agraris Jawa Tengah. Terutama di Magelang, Kedu, Purworejo, dan perbatasan Magelang - Jogja.Seni tari ini memadukan gaya tari yang rancak namun dengan polesan humor yang tampak pada atribut dan asesoris yang mereka pakai, seperti celana pendek serta kaos kaki panjang. Atribut itu sebenarnya adalah perkembangan yang terus berubah sepanjang waktu mengikuti gaya generasi para penari kubro siswo.[caption id="attachment_404174" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Awal mulanya dulu Kanjeng Sunan Kalijaga melakukan syi’ar islam ke berbagai desa di pegunungan. Beliau yang juga seorang seniman, menempatkan seni sebagai media dakwah. Kesenian yang saat itu tumbuh di satu daerah, lalu dikembangkan agar lebih menarik. Maka lahirlah tari kubro siswo.[caption id="attachment_404175" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Atribut Kubro Siswo yang terlihat agak konyol bukan semata-mata untuk mengundang tawa, tapi lebih dari itu untuk memancing agar penonton datang."Ketika seni ikut menarik maka penonton pun datang, dan di situlah, di sela-sela acara, Kanjeng Sunan menyampaikan dakwahnya lewat kidung dan seni bertutur. Ajaran pun dengan mudah diterima oleh masyarakat sehingga Islam berkembang dengan baik," jelas Partono, pegiat seni tradisional dari Magelang.Tarian ini banyak digelar pada acara-acara tertentu di kawasan Kedu atau Magelang. Seperti perhelatan perkawinan, syukuran, panen, bersih desa, atau acara-acara menjelang dan selama Ramadhan. Tujuannnya adalah untuk menghibur sekaligus memberi tuntuntan ajaran hidup melalui syair-syair islami dalam setiap iringan musiknya. Teguh Joko Sutrisno | Magelang, Jawa Tengah
Baca Juga :